Pertanyaan: apa pendapat anda tentang bermua’amalah dengan para pelaku dosa besar, seperti homosek, pezina, dan pelaku dosa besar lainnya yang telah datang dalil yang menyebutkan ancaman keras bagi pelakunya. Bolehkah berbicara dengan mereka? Bolehkah mengucapkan salam kepada mereka? Bolehkah pula berteman dengan mereka dalam rangka mengingatkan mereka akan ancaman Allah dan siksaan-Nya yang pedih apabila sudah ada tanda-tanda taubat pada mereka?
Jawab: Orang yang tertuduh melakukan perbuatan maksiat tersebut wajib untuk dinasehati dan diberi peringatan akan maksiat itu dan akibat burukya, dan sungguh maksiat itu termasuk sebab-sebab penyakit, keras, dan kematian hati, adapun orang yang terang-terangan dan mengakui maksiat itu, maka wajib ditegakkan had pada dirinya dan dilaporkan kepada penguasa. Dilarang berteman dan duduk bergaul dengan mereka (pelaku homoseks dan pelaku zina) bahkan boiot kepada mereka wajib agar Allah memberi hidayah dan bertaubat kecuali jika boijot tersebut justru menjadikan mereka bertambah buruk.
Maka wajib mengingkari mereka terus-menerus dengan cara-cara yang baik dan nasihat yang tidak putus sampai Allah memberikan hidayah kepada mereka (pelaku homoseks dan zina). Tidak boleh menjadikan mereka sebagai teman. Bahkan wajib terus-menerus mengingkari mereka dan mentahdzir (memperingatkan terang benderang) dari mereka karena amalan-amalan mereka yang buruk, wajib bagi pemerintah (polisi dan hakim, pent.) menangkap mereka dan menegakkan hukuman syar’I, wajib bagi siapa saja yang mengetahui keadaan mereka untuk membantu pemerintah berdasarkan firman Allah yang maha suci:”dan saling tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan ketaqwaan” [Al Maidah:2] dan firman Allah azza wa jalla:”Orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) makruf dan mencegah (berbuat) mungkar” [At Tubah 71] dan firman Allah subhanahu wa ta’ala: “Demi masa, sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran” [Al Asri 1-3]
Begitupula berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Barangsiapa di antara kalian yang melihat suatu kemungkaran, maka hendaknya dia merubahnya dengan tangannya. Jika tidak mampu, dengan lisannya, dan jika tidak mampu juga, maka dengan hatinya, dan itu selemah-lemah iman” [HR Imam Muslim dalam sahihnya] dan Sabda beliau shallallalhu alaihi wasallam:
“Agama itu nasihat. Ditanyakan kepada beliau, Nasihat untuk siapa wahai Rasulullah ?”. Beliau menjawab, “Untuk Allah, untuk kitabNya, untuk RasulNya, dan untuk para pemimpin kaum muslimin dan kaum muslimin secara umum” [HR Imam Muslim], ayat dan hadist yang semakna dengan hal ini banyak.
Kami meminta kepada Allah agar Dia memperbaiki keadaan kaum muslimin, memberikan mereka pemahaman terhadap agamanya, mengkaruniakan taufiq kepada mereka untuk saling berwasiat dalam kebenaran dan kesabaran, menyatukan kalimat mereka, dan memperbaiki keadaan pemerintah mereka sesungguhnya Allah sebaik-baik yang diminta
Referensi:
Majmu Fatawa wa maqolat mutanawi’ah Juz 5 Hal 399-400. Syaikh Bin Baz Rahimahullah
Pontianak, 16 Rajab 1446/ 16 Januari 2025
Diterjemahkan oleh:
Dr. Dodi Iskandar, S.Si., M.Pd
(Alumnus Ma’had Al Ilmi Yogyakarta)
No comments:
Post a Comment