Tafsir Al Fatihah

 Pendahuluan

Nama-nama surat al fatihah

1. Pembuka (الفاتحة)

2. Ummul qur'an

3. Tujuh yang diulang (السبع المثاني)

4. Ash sholat 

5. Ar ruqyah/ al kafiyah

 

Argumentasinya:

Pertama,

Surat pertama dan pembuka Al qur'an

 

Kedua, disebut ummul qur’an, ibunya al quran, maksudnya, pelajaran dari semua surat dalam alquran kembali kepada surat ini. Inti sarinya dalam surat al fatihah.

 

Ketiga,

Tujuh ayat diulang dalilnya disebutkan dalam al hijr:87

وَلَقَدْ ءَاتَيْنَٰكَ سَبْعًا مِّنَ ٱلْمَثَانِى وَٱلْقُرْءَانَ ٱلْعَظِيمَ

 

"Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Al Quran yang agung"

 

Keempat, Hadist riwayat Muslim no.395 dari Abu Hurairah radiyallahu anhu, Nabi bersabda


قسمت الصلاة بيني و بين عبدي نصفين، فإذا قال الحمد لله رب العالمين، قال اللهحمدني عبدي  فإذا قال الرحمان الرحيم، قال الله: أثنى علي عبدي، وإذا قال مالك يوم الدين، قال الله: مجدني عبدي، فإذا قال إياك نعبد وإياك نستعين، قال الله:هذا بيني وبين عبدي نصفيني ولعبدي ما سال

 

“Allah berkata Aku telah membagi asholat (al fatihah) antara Aku dan hamba-Ku dua bagian, ketika hamba membaca dalam sholatnya Alhamdulillahirabbil alamin, Allah menjawab: hamba-Ku telah memuji-Ku, ketika hamba membaca arrahmanirahiim, Allah menjawab: hamba-Ku telah menyanjung-Ku, ketika Hamba membaca maaliki yaumiddin, Allah menjawab: hamba-Ku telah memuliakanku, ketika hamba mengucapkan iyyakana budu wa iyyaka nastainu, Allah menjawab: inilah batas antara Aku dan hamba-Ku dua bagian dan untuk hamba-Ku apa yang dia minta"

 

Tujuh ayat al fatihah dibagi menjadi dua, tiga setengah dari bismillah sampai iyyakana budu, tiga setengah lainnya dari iyyakanas tain sampai akhir.

 

Kelima, dikisahkan rombongan sahabat nabi singgah di suatu kampung, bertamu dan mereka tidak dilayani, seketika ketua kampung digigit binatang berbisa, warga kampung mendatangi rombongan sahabat nabi dan minta diruqyah, salah seorang sahabat menyetujui dengan syarat rombongannya dijamu (karena haus dan kelaparan) akhirnya mereka menjamu dengan hidangan satu ekor kambing. Kemudian sahabat tersebut membacakan surat al fatihah dan seketika sembuh, hilang rasa sakitnya dan setelah itu sampai ke nabi menyampaikan kejadian tersebut lalu nabi bersabda:


وما ادراك أنها رقية


"Tahukah kamu sesungguhnya surat al fatihah itu ruqyah" (HR Bukhari dan Muslim dari Abu Said Al Khudri radiyallahu anhu)

 

Faidah uraian di atas:

1. Intisari Alquran ada di surat al fatihah, surat-surat lainnya adalah turunannya

2. Allah memiliki sifat berbicara pada setiap hamba yang mengucapkan al fatihah dalam setiap sholat tanpa ada kesulitan bersamaan dalam satu tempat atau beda lokasi. Sifat berbicara Allah tidak sama dengan manusia, manusia menjawab hanya mampu satu-satu tidak bisa bersamaan sekaligus

3. Al fatihah bisa dijadikan obat ketika obat-obatan kesehatan tidak ada atas ijin Allah

4. Boleh minta upah ruqyah dalam kondisi sangat membutuhkan

 

Tafsir Tauhid

1. Ayat pertama

Setiap akan melakukan perbuatan baik boleh dimulai dengan  bismillahirrahmanirrahiim. Sunnah dalam menulis surat atau tulisan dengan basmalah.

2. Ayat kedua

Mengajarkan tauhid rububiyyah, yaitu mengesakan Allah dalam semua perbuatan-Nya, Allah satu-satunya pengatur alam semesta dari mulai menghidupkan sampai mematikan, mengadakan dan memusnahkan.

2. Ayat ketiga dan keempat

Mengajarkan tauhid nama dan sifat. Allah itu memiliki nama dan sifat terpuji. Ar rahman artinya pemberi nikmat yang sangat luas kepada mukmin dan kafir. Ar rahim artinya pemberi nikmat khusus kepada mukmin saja dan bersambung sampai akherat.

3. Ayat kelima

Mengajarkan tauhid ubudiyah. Maknanya mengesakan semua perbuatan manusia diniatkan karena Allah mencakup wajib, sunnah dan mubah.

 

Tafsir doa

Doa itu ada dua jenis, doa ibadah yaitu setiap ucapan mengandung pujian kepada Allah dan doa masalah yaitu ucapan yang mengandung permohonan kepada Allah. Doa ibadah dimulai dari ayat pertama sampai ayat keempat. Doa masalah mulai dari iyyakanas tainu sampai akhir.

 

Tafsir Bantahan

1. Ayat pertama dan ketiga

Allah itu memiliki nama dan sifat yang mulia. (arrahman dan arrahiim). Contoh sifat Allah yang sering ditolak adalah Allah diatas arys.

Bantahan bagi orang yang suka menolak nama dan sifat Allah. Allah mendengar, manusia mendengar, sifat mendengar Allah dan sifat mendengar manusia berbeda. Allah di atas Arsy, manusia diatas bumi. Sifat diatas Allah berbeda. Allah tidak butuh kepada Arsy, adapun manusia butuh kepada bumi.

 

2. Ayat kedua bantahan bagi ateis. Alam semesta ini jelas ada yang mengaturnya. Allah punya nama rabbul alamin artinya pengatur alam semesta. Ada pengatur berkonsekwensi ada yang diatur (al marbubuna).

 

4. Ayat keempat Allah memiliki nama malik yaitu penguasa di hari kiamat, bantahan bagi orang yang tidak percaya adanya kehidupan setelah mati.

 

5. Ayat kelima bantahan bagi orang musyrik dan kafir. Ayat ini juga bantahan bagi kelompok qodariyyah yaitu mereka meyakini perbuatan baik manusia ditentukan mutlak oleh dirinya tanpa pertolongan Allah, jelas ini salah. Manusia bisa ibadah karena ditolong Allah. Bantahan bagi jabariyyah yaitu meyakini manusia itu seperti wayang atau robot yang tidak bisa memilih untuk ibadah atau tidak dan keyakinan ini keliru. Ibadah itu bukan paksaan, buktinya ada yang murni menyembah Allah dan ada yang menduakan atau lebih dalam ibadah kepada Allah (musyrik), bahkan ada yang murni menyembah selain Allah (kafir).

 

6. Ayat keenam, bantahan bagi liberal, bahwa jalan kebenaran menuju Allah itu satu yaitu satu jalan yang ditempuh nabi dan para sahabat (At tubah:100). Bantahan bagi orang yang berkeyakinan hidup itu bebas tanpa panduan. Kita meminta dipandu minimal 17 kali.

 

7. Ayat ketujuh, bantahan bagi orang yang mengikuti jalan yahudi dan nasrani serta yang memiliki kesamaan dengan keduanya. Kita meminta agar ikut jalan para sahabat.

 

Tafsir Rukun Ibadah

1. Ayat kedua, pujian itu representasi rasa cinta atas kemaha berjasaan-Nya Allah yang telah banyak memberi nikmat yang tidak terhitung. Cinta adalah rukun pertama yang harus dihadirkan dalam hati ketika ibadah. Ibadah bukan sekedar melakukan kewajiban tapi karena cinta.

2. Ayat pertama dan ketiga, Allah memiliki nama zat yang maha pengasih dan maha penyayang. Berkonsekwensi ada yang disayangi yaitu makhluk termasuk manusia. Dalam ibadah harus menghadirkan rukun kedua yaitu berharap kita disayangi. Disayangi maknanya ibadah diterima, diampuni kesalahan dan diberi balasan surga.

3. Ayat keempat, Allah sebagai penguasa di hari akhir akan mengadili mukmin berduaan. Adapun kafir diadili dengan disaksikan semua manusia (disebutkan dalam syarah aqidah al wasitiyah). Dalam ibadah harus menghadirkan rasa takut. Takut ibadah ditolak dan disiksa.

 

Ilmu para ulama ahlus sunnah adalah warisan nabi. Bimbingan mereka adalah lampu penerang jalan kehidupan. Para ulama menasihatkan:

1. Tidak boleh beribadah hanya mengandalkan rasa cinta saja. Seperti perkataan Rabiah Al Adawiyah secara maknawi: "aku beribadah bukan mengharap surga dan aku menjauhi dosa bukan takut neraka akan tetapi semua itu karena cinta kepada Allah"

 

Seperti kelompok sufi ekstrim. Beribadah tidak mengharap surga dan menjauhi maksiat bukan takut neraka. Ini bertentangan dengan amalan para nabi.

 

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: من سأل الله الجنة ثلاث مرات قالت الجنةاللهم أدخله الجنة، ومن استجار من النار ثلاث مرات قالت النار: اللهم أجره من النار. قال الشيخ الألباني صحيح.

 

“Rasulullah shallahu alaihi wasallam bersabda: siapa saja meminta kepada Allah surga tiga kali maka surga  menjawab:masukkan ia ke dalam surga. Dan siapa saja meminta perlindungan dari neraka tiga kali maka neraka menjawab : Ya Allah jauhkan ia dari neraka (sahih menurut Al Albani)”

 

وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ

 

mereka para nabi berdoa kepada kami dengan harap (rogbah) dan takut (rohbah) dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada kami”. (QS. Al Anbiyaa’: 90).

 

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ


"Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap balasan (pahala) dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.”  (HR. Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760)

 

2. Tidak boleh beribadah hanya mengandalkan rasa berharap saja. Ia hanya mengandalkan sifat maha kasih Allah saja dan lupa Allah itu juga bisa menyiksa perbuatan manusia atas kejahatan dan dosanya. Akibatnya jika rasa takut dan cinta tidak ada maka akan meremehkan ancaman Allah. Seperti murjiah. Orang yang mudah berbuat dosa, menunda-nunda amalan baik dan taubat.

 

اتَّقِ دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ فَإِنَّهَا لَيْسَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ اللَّهِ حِجَابٌ

 

"Berhati-hatilah kamu terhadap doa orang yang dizalimi karena antara doanya dan Allah tidak ada penghalang" (HR Bukhari 2268)

 

3. Beribadah tidak boleh hanya mengandalkan rasa takut saja. Karena bisa masuk kelompok khowarij. Mudah mengkafirkan orang  yang berbuat dosa karena kebodohan dan mudah meremehkan orang yang berbuat dosa. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,

 

وَكُلُّ مَعْصِيَةٍ عُيِّرَتْ بِهَا أَخَاكَ فَهِيَ إِلَيْكَ يَحْتَمِلُ أَنْ يُرِيْدَ بِهِ أَنَّهَا صَائِرَةٌ إِلَيْكَ وَلاَ بُدَّ أَنْ تَعْمَلَهَا

 

“Setiap maksiat yang dijelek-jelekkan pada saudaramu, maka itu akan kembali padamu. Maksudnya, engkau bisa dipastikan melakukan dosa tersebut.” (Madarijus Salikin, 1: 176)

 

Menjelek-jelekan berbeda dengan nasihat. Ciri-ciri khowarij yaitu mudah sekali menumpahkan darah kepada kaum muslimin tanpa hak atau mudah sekali menghujat penguasa muslim baik yang soleh dan yang zolim. Contoh dzul khuwaisiroh menghina nabi (penguasa madinah dan mekkah) di depan umum.


السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ عَلَى المَرْءِ المُسْلِمِ فِيمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ، مَا لَمْ يُؤْمَرْ بِمَعْصِيَةٍ، فَإِذَا أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلاَ سَمْعَ وَلاَ طَاعَةَ

 

“Mendengar dan taat adalah kewajiban setiap muslim, (baik perintah yang diberikan oleh penguasa) adalah hal-hal yang dia sukai atau dia benci, selama penguasa tersebut tidak memerintahkan maksiat. Jika penguasa tersebut memerintahkan maksiat, maka tidak ada (kewajiban) mendengar dan taat (dalam perintah maksiat tersebut, pen.).” (HR. Bukhari no. 7144 dan Muslim no. 1839)

 

Ali bin Abi Thalib pernah berkata,

 

لا يصلح للناس إلا أمير عادل أو جائر ، فأنكروا قوله : أو جائر فقال : نعم يؤمن السبيل ، ويمكن من إقامة الصلوات ، وحج البيت

 

“Masyarakat tidak bisa jadi baik jika hidup tanpa pemimpin, baik pemimpin tersebut adalah orang yang sholih ataupun orang yang zalim.” Ada yang menyanggah beliau terkait dengan kalimat ‘ataupun orang yang zalim. ‘Ali menjelaskan, “Bahkan dengan sebab penguasa yang zalim jalan-jalan terasa aman, rakyat bisa dengan tenang mengerjakan shalat dan berhaji ke Ka’bah.” (Tafsir Al Kabir wa Mafatih Al Ghaib karya Muhammad Ar Razi 13: 204).

 

مَنْ أَرَادَ أَنْ يَنْصَحَ لِسُلْطَانٍ فَلاَ يُبْدِ لَهُ عَلاِنِيَةً، وَلَكِنْ لِيَأْخُذْ بِيَدِهِ فَيَخْلُوْ بِهِ، فَإِنْ قَبِلَ مِنْهُ فَذَاكَ، وَإِلاَّ كَانَ قَدْ أَدَّى الَّذِيْ عَلَيْهِ لَهُ

 

“Barangsiapa yang ingin menasihati penguasa dalam suatu perkara, maka janganlah dia menasihati secara terang-terangan. Akan tetapi, ambillah tangannya dan menyepilah dengannya. Jika sang penguasa menerima (nasihatmu), itulah yang diinginkan. Jika tidak, maka dia telah menunaikan kewajibannya.” (HR. Ahmad 3/403, Ath-Thabrani dalam Musnad Asy-Syamiyyiin 2/94, Ibnu Abi ‘Ashim dalam As-Sunnah no. 1096 dan yang lainnya. Dinilai shahih oleh Al-Albani dalam Dzilaal As-Sunnah 2/507)

 

Pemimpin zolim adalah salah satu bentuk siksaan Allah kepada rakyat yang tidak bertakwa.

Allah Ta’ala berfirman,

 

وَكَذَلِكَ نُوَلِّي بَعْضَ الظَّالِمِينَ بَعْضًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

 

“Dan demikianlah kami jadikan sebagian orang yang zalim sebagai pemimpin bagi sebagian yang lain disebabkan amal yang mereka lakukan.” (Qs Al An’am: 129)

 

Dari zaman ke zaman ahlus sunnah itu sikapnya jelas kepada penguasa muslim yang zolim, tetap taat dalam aturan yang tidak bertentangan dengan agama, memperbaiki umat, berpolitik Islami dalam koridor syariat dan tidak melakukan pemberontakan. Persyarikatan muhammadiyah juga demikian. Contoh teladan kita ustadz Abdurrazak Fakhrudin rahimahullah

 

Beliau memohon presiden Suharto mundur dengan surat dengan bahasa kromo inggil. Tidak dengan menghujat di media publik.

 

Contoh ini sudah ada dari zaman ke zaman. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 

خِيَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُحِبُّونَهُمْ وَيُحِبُّونَكُمْ وَيُصَلُّونَ عَلَيْكُمْ وَتُصَلُّونَ عَلَيْهِمْ وَشِرَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُبْغِضُونَهُمْ وَيُبْغِضُونَكُمْ وَتَلْعَنُونَهُمْ وَيَلْعَنُونَكُمْ ». قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلاَ نُنَابِذُهُمْ بِالسَّيْفِ فَقَالَ « لاَ مَا أَقَامُوا فِيكُمُ الصَّلاَةَ وَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْ وُلاَتِكُمْ شَيْئًا تَكْرَهُونَهُ فَاكْرَهُوا عَمَلَهُ وَلاَ تَنْزِعُوا يَدًا مِنْ طَاعَةٍ

 

“Sebaik-baik pemimpin kalian adalah yang kalian mencintai mereka dan mereka pun mencintai kalian. Mereka mendo’akan kalian dan kalian pun mendo’akan mereka. Sejelek-jelek pemimpin kalian adalah yang kalian membenci mereka dan mereka pun membenci kalian, juga kalian melaknat mereka dan mereka pun melaknat kalian.” Kemudian ada yang berkata, ”Wahai Rasulullah, tidakkah kita menentang mereka dengan pedang?”   Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak, selama mereka masih mendirikan shalat di tengah-tengah kalian. Jika kalian melihat dari pemimpin kalian sesuatu yang kalian benci, maka bencilah amalannya  dan janganlah melepas ketaatan kepadanya.” (HR. Muslim no. 1855)

 

Hasan Al Basri tabiin yang hidup mendengar sahabat nabi Abdullah bin Zubair (cucu Abu Bakar) dan tabiin Said bin Zubair, keduanya dipenggal penguasa otoriter Hajjaj bin Yusuf, beliau Hasan Al Basri dan sahabat Anas bin Malik tidak memprovokasi rakyat untuk melawan dengan fisik.

 

Imam Ahmad bin Hanbal disiksa dengan cambuk yang kalau diarahkan ke gajah pasti mati gajahnya. Imam Ahmad dipenjara karena membela Alquran (dari al fatihah sampai an nas) yang dinistakan dengan sebutan makhluk. Beliau bersabar rela dipenjara dan disiksa dan tidak menyuruh rakyat untuk memberontak karena cerdasnya beliau dan alimnya beliau memahami hadist-hadist nabi. Terjadi pada khalifah al makmun

 

Para ulama berkata,

 

كَمَا تَكُوْنُوْنَ يُوَلَّى عَلَيْكُمْ

 

“sebagaimana keadaan rakyat,  maka seperti itulah keadaan pemimpin kalian.”

 

Kondisi raja Saudi seperti keadaan rakyatnya, terlepas dari segala kekurangan, Raja Salman hafal alquran, itikaf selama ramadan, tidak mau menerima presiden AS, dengan mewakilkan ke pejabat lainnya menyambut Barack Obama. Kualitas ketakwaan presiden sebagaimana kualitas ketakwaan rakyatnya. Rakyatnya jauh dari agama maka demikian juga pimpinannya.

 

Alkisah ada seorang khawarij yang datang menemui Ali bin Abi Thalib seraya berkata, “Wahai khalifah Ali, mengapa pemerintahanmu banyak di kritik oleh orang tidak sebagaimana pemerintahannya Abu Bakar dan Umar?!” Sahabat Ali Menjawab, “Karena pada zaman Abu Bakar dan Umar yang menjadi rakyat adalah aku dan orang-orang yang semisalku, sedangkan rakyatku adalah kamu dan orang-orang yang semisalmu!!” (Syarh Riyadhus Shalihin, Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin).

 

Tafsir ayat terakhir

Kalau pada ayat sebelumnya kaum muslimin itu ada yang sufi ektrim (ibadah dan menjauhi maksiat hanya mengandalkan cinta saja), murjiah beribadah hanya dengan berharap saja, dan khowarij beribadah karena takut saja. Muslim yang sempurna menghadirkan cinta,  harap dan takut.

 

Pada ayat terakhir, manusia dibagi menjadi tiga.

1. Pertama yaitu al mun'amu

Mereka adalah yang belajar agama Islam dan mengamalkannya. Para sahabat nabi dan orang-orang yang meneladani mereka dengan jujur.

 

2. Al maghduubu alaihim

Mereka adalah orang yang belajar agama, tahu kebenaran tapi tidak mengamalkannya. Mereka Yahudi dan yang memiliki kesamaan karakter degannya.

 

3. Ad dholun

Mereka adalah banyak beramal tanpa ilmu. Sholat asal, dzikir asal, puasa asal, sholawat asal dst. Para sahabat nabi banyak yang ahli sastra arab tapi tak satupun berani mensintesis, membuat sholawat model baru.

 

Penutup

 

Kita tiap hari meminta petunjuk yaitu hidayah ilmu dan hidayah mempraktekan ilmu. Para ulama menekankan saat kita membaca Al fatihah hati kita mengikuti maknanya harus hafal. Orang yang mengucapkan ihdinas sirotol mustakim tanpa menghadirkan makna dalam hati seperti orang yang minta harta dengan kepala menoleh ke arah orang lain bukan kepada yang diminta maka tentu kurang adab dan tidak beretika.

 

Maka wajar, kenapa sholat terus tapi ilmu dan amal tidak nambah, karena meminta tanpa kesopanan tanpa hatinya hadir. Kalau boleh diumpamakan orang yang ingin anak tanpa menikah tentu mustahil. Demikian juga petunjuk, hidayah harus dicari dengan niat dan tekad serta punya prioritas. Orang yang tidak sempat belajar ilmu agama sepekan sekali bukan karena tidak ada waktu tapi karena tidak menjadikan priorotas.

 

Wajar surat alfatihah dijadikan rukun dalam sholat, jika tidak dibaca tidak sah sholat mengingat penting dan agungnya kandungannya dalam surat yang mulia ini.

 

Referensi Utama:

Syarhu ba’adi fawaid al fatihati. 2015/ Syaikh Prof.Dr Soleh Al Fauzan. Darul Matsur. Cet 1.


Pontianak, 24 Safar 1445/9 September 2023


Akhukum fillah


Dodi Iskandar

No comments:

Post a Comment