Beriman kepada para rasul maknanya meyakini Allah telah mengutus para rasul dari keturunan Adam untuk manusia. Allah memberikan wahyu kepada mereka melalui malaikat Jibril alaihi as sholatu wassalam, menurunkan kitab untuk mereka dengan membawa kebenaran. Mereka para rasul menyampaikan agama Allah kepada manusia, mengajak mereka untuk melakukan amalan yang dicintai dan diridoi Allah, melarang mereka dari perbuatan yang dibenci dan dilarang Allah, dan memutuskan keadilan diantara manusia. Beriman dengan nama para rasul yang Allah sebutkan dalam surat An nisaa dan Al an'am. Allah yang maha tinggi berfirman:
"Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma'il, Ishak, Ya'qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud" (An nisaa:163)
Allah Ta'ala berfirman:
"Dan itulah hujjah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki beberapa derajat. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui" (Al an'am:83).
Dan firman-Nya:
"Dan Kami telah menganugerahkan Ishak dan Ya'qub kepadanya. Kepada keduanya masing-masing telah Kami beri petunjuk; dan kepada Nuh sebelum itu (juga) telah Kami beri petunjuk, dan kepada sebahagian dari keturunannya (Nuh) yaitu Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa dan Harun. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik, Dan Zakaria, Yahya, Isa dan Ilyas. Semuanya termasuk orang-orang yang shaleh,
Dan Ismail, Alyasa', Yunus dan Luth. Masing-masing Kami lebihkan derajatnya di atas umat (di masanya)" (Al an'am: 84-86).
Dan ditambah Hud, Saleh, Syuaib, dan Muhammad sholallahu alaihi wasallam. Maka jumlahnya menjadi 25.
Mengimani kemuliaan dan nama-nama mereka dan adapun kepada para rasul yang tidak disebut namanya diimani secara umum. Muslim itu beriman dan meyakini bahwa Allah telah mengirim para rasul dalam jumlah yang banyak untuk memberi petunjuk kepada umat manusia dan tidak ada yang tahu nama dan jumlahnya kecuali Allah saja, sebagaimana Allah Ta'ala kabarkan:
"Dan (Kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung" (An nisaa: 164).
Aswaja itu meyakini bahwa orang yang mendustakan para rasul maka ia kafir dan sama saja walaupun mendustakan salah satu saja dari mereka dianggap mendustakan keseluruhannya.
Para rasul itu satu kesatuan. Rasul sebelumnya akan mengabarkan rasul berikutnya. Rasul berikutnya mengimani dan membenarkan rasul sebelumnya. Allah Ta'ala berfirman:
"Kaum Nuh telah mendustakan para rasul" (Asy Syu'ara: 105).
"Kaum 'Aad telah mendustakan para rasul" (Asy Syu'ara: 123)
"Kaum Tsamud telah mendustakan para rasul" (Asy Syu'ara: 141)
"Kaum Luth telah mendustakan para rasul" (Asy Syu'ara: 160)
"Penduduk Aikah telah mendustakan para rasul" (Asy Syu'ara: 176)
Demikian juga jika ada orang yang ragu terhadap satu kenabian atau risalahnya maka ia kafir. Siapa saja yang menyatakan kenabian itu suatu kedustaan maka ia juga kafir.
Para rasul yang paling utama adalah lima ulul azmi yaitu Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan Muhammad alaihimisholatu wassallam. Kelimanya disebutkan dalam surat Al Ahzab dan Asy syuura, Allah Ta'ala berfirman:
"Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri) dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putra Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang teguh" (Al Ahzab:7).
Dan dalam firman-Nya Ta'ala:
"Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya)" (Asy Syuura: 13).
Ulul azmi yang paling utama ada dua yaitu Al Kholilaani (dua kekasih Allah), Ibrahim dan Muhammad alaihimaa as sholatu wasallam.
Yang paling utama dari Al Kholiilaani adalah nabi kita Muhammad alaihi sholatu wasallam, beliau pemimpin umat manusia, Beliau alaihi sholatu wasallam bersabda:
أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ آَدَمَ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ وَلاَ فَخْرَ، وَبِيَدِيْ لِوَاءُ اْلحَمْدِ وَلاَ فَخْرَ، وَ مَا مِنْ نَبِيٍّ يَوْمَئِذٍ آَدَمُ فَمَنْ سِوَاهُ إِلاَّ تَحْتَ لِوَاءِيْ وَ أَنَا أَوَّلُ مَنْ تَنْشَقُّ عَنْهُ الأَرْضُ وَلاَ فَخْرَ.
"Aku adalah pemimpin anak adam pada hari kiamat dan bukannya sombong, dan di tanganku bendera Al-Hamd dan bukannya sombong, dan tidak ada seorang Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun, tidak pula Adam juga yang lainnya ketika itu kecuali semua di bawah benderaku, dan aku orang pertama yang keluar dari tanah dan bukannya sombong" (HR Ahmad no.2692, Ibnu Hibban no. 6478 dan mensahihkannya, Tirmidzi no. 3148, berkata ini Hadist hasan, Bukhari no.3535, Muslim no. 2286)
Beliau diperuntukkan untuk kita dari kalangan para rasul dan kita sebagai umat diperuntukkan untuk beliau diantara seluruh umat manusia. Wajib mengimaninya, membenarkannya, mencintainya, membelanya, membenarkan kabarnya, mempraktekkan hukumnya dengan melaksanakan perintah dan menjauhi larangannya serta beribadah kepada Allah dengan syariatnya.
Wajib mengimani ajaran beliau berlaku umum untuk bangsa jin dan bangsa manusia, Arab dan non Arab sebagaimana Allah Ta'ala berfirman:
"Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui" (Saba:28)
"Dan Al Quran ini diwahyukan kepadaku supaya dengan dia aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai Al-Quran (kepadanya)" (Al an'am:19).
"Katakanlah (hai Muhammad): "Telah diwahyukan kepadamu bahwasanya: telah mendengarkan sekumpulan jin (akan Al Quran), lalu mereka berkata: Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al Quran yang menakjubkan,
(yang) memberi petunjuk kapada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seseorangpun dengan Tuhan kami" (Jin: 1-2).
"Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al Quran, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan(nya) lalu mereka berkata:
"Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)". Ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan" (Al ahqaf:29).
Wajib mengimani Muhammad adalah penutup para nabi dan rasul dan tidak ada lagi nabi setelahnya, syariat beliau adalah syariat terakhir diantara syariat-syariat yang telah lewat. Allah Ta'ala mengabarkan:
"Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu" (Al ahzab:40)
Dan beliau alaihi sholatu wasallam bersabda:
مَثَلِي وَمَثَلَ الأَنْبِيَاءِ مِنْ قَبْلِي كَمَثَلِ رَجُلٍ بَنَى بَيْتًا فَأَحْسَنَهُ وَأَجْمَلَهُ، إِلاَّ مَوْضِعَ لَبِنَةٍ مِنْ زَاوِيَةٍ. فَجَعَلَ النَّاسُ يَطُوفُونَ بِهِ وَيَعْجَبُونَ لَهُ وَيَقُولُونَ: هَلاَّ وُضِعَتْ هَذِهِ اللَّبِنَةُ. قَالَ: فَأَنَا اللَّبِنَةُ، وَأَنَا خَاتِمُ النَّبِيِّينَ
"Sesungguhnya perumpamaanku dan perumpamaan Nabi-Nabi sebelumku seperti seseorang yang mendirikan sebuah rumah lalu dia memperbaiki dan memperindahnya kecuali satu tempat sejenis batu bata indah yang ada di sudut rumah tersebut, kemudian manusia mengelilinginya dan kagum dengannya sambil berkata: Alangkah baiknya jika batu bata ini diletakkan di tempatnya. Beliau melanjutkan: Maka akulah batu bata itu dan aku adalah penutup para Nabi" (HR Bukhari no.3535 dan Muslim no.2286).
Siapa saja yang melakukan salah satu atau tiga hal maka ia kafir yaitu tidak mengimani ajaran beliau untuk seluruh manusia, mengatakan bahwa ajaran beliau khusus untuk orang Arab saja, dan menyatakan bahwa boleh keluar dari syariat beliau seperti Khidir yang keluar dari syariat nabi Musa.
Demikian juga orang yang meyakini bahwa nabi Muhammad bukan nabi terakhir dan masih ada lagi nabi setelahnya maka ia kafir karena telah mendustakan Allah dan rasul-Nya sholallahu alaihi wasallam.
Cinta Allah dan Rasul-Nya sholallahu alaihi wasallam adalah kewajiban bagi tiap muslim dan ini pokok keimanan. Siapa saja yang tidak cinta Allah dan Rasul-Nya berarti ia bukan orang yang beriman. Cinta yang sempurna dan wajib yaitu mendahulukan cinta Allah dan Rasul-Nya dari cinta siapapun.
Siapa yang mendahulukan cinta kepada yang lain dari cinta Allah dan Rasul-Nya berarti imannya kurang dan belum dianggap menunaikan cinta yang bersifat wajib dan ia mendapat ancaman keras karena kefasikan dan kelemahan imannya. Allah Ta'ala berfirman:
"Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik" (At taubah:24).
Aswaja itu mengimani peristiwa Isra dan Mi'raj yang dialami ruh dan jasad Nabi kita Muhammad sholallahu alaihi wasallam dalam tempo satu malam sekali perjalanan dalam kondisi jaga dan tidak tidur.
Referensi:
- Hadizhi aqidati aqidah ahlus sunnah wal jama'ah. Syaikh Abdul Aziz Ar rajihi. Hal 18-22
- https://tafsirweb.com/
Selepas ngantar anak SMP kepanjen
Malang, 9 Dzulqa'dah 1443/ 9 Juni 2022
Diterjemahkan
Ust Dodi Iskandar, S.Si, M.Pd
- Dosen Polnep
- alumni mahad al ilmi YPIA yogyakarta
- Pengajar Mahad Islamic Center Bin Baaz Yogyakarta 2012-2013
No comments:
Post a Comment