Akal Ahlussunnah Masih Original

Akal ahlussunnah adalah akal yang sehat, siap mengimani semua nama dan sifat Allah tanpa merubah teks dan memalingkan dari makna asalnya. Sementara akal ahlul bid'ah telah rusak karena mendahulukan akal daripada wahyu.

Akal yang sehat mampu menggunakan katalog yang Allah Ta'ala kabarkan melalui kitab-Nya yang mulia. Sebaliknya akal yang sakit tidak dapat mempraktekkannya. 

Salah satu ayat suci berikut dapat dijadikan kaidah untuk memahami dengan mudah semua sifat-sifat Allah.

ليس كمثله شيئ

Laisa kamitslihi syai un

"tidak ada satupun yang sama dengan Allah" (As syura:11)

Beberapa ayat dan hadist berikut yang mengabarkan sifat Allah Ta'ala yaitu

1.  Allah datang

هَلْ يَنظُرُونَ إِلَّا أَن يَأْتِيَهُمُ اللَّهُ

"tidak ada yang mereka nanti-nantikan melainkan datangnya Allah"(al-Baqarah: 210)

Dalam ayat tersebut Allah memiliki sifat datang dengan teks

يأتي

Masdarnya yaitu

إتيان

ityaanun

Maka kita aplikasikan

ليس كمثل إتيانه إتيان

laisa kamitsli ityaanihi ityya nun

"tidak ada satu datangpun yang sama dengan datangnya Allah"

Sama juga ketika kita melewati ayat yang mulia berikut:

وَجَاءَ رَبُّكَ وَالْمَلَكُ صَفًّا صَفًّا

"dan datanglah Rabbmu; dan malaikat berbaris-baris" (al-Fajr: 22)

Ayat yang suci ini menyampaikan sifat Allah yaitu

جاء

"datang"

Masdarnya

مجيئ

majii un

Maka aplikasi kaidah tersebut menjadi:

ليس كمثل مجيئه

مجيئ

laisa kamitsli majii ihi majii un

"tidak ada satu datangpun yang sama dengan datangnya Allah"


2. Allah Ta'ala turun

Demikian juga saat kita mendengar sabda nabi sholallahu alaihi wasallam:


يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ: مَنْ يَدْعُونِي، فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ، مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

 “Rabb kita turun ke langit dunia pada setiap malam pada sepertiga malam yang terakhir, kemudian berfirman : “ Barang siapa berdoa kepada-Ku akan Aku kabulkan, barang siapa meminta kepada-Ku akan Aku beri, barang siapa memohon ampun kepadaku akan Aku ampuni” (HR. Bukhari dan Muslim). 

Hadist yang suci mengabarkan sifat Allah Ta'ala yaitu:

ينزل

 yanzilu

"turun"

Masdarnya:

نزول

nuzuulun

Pun kita bisa aplikasikan kaidah agung tersebut:

ليس كمثل نزوله نزول

Laisa kamistli nuzuulihi nuzuulun

"tidak ada satupun turun yang seperti turunnya Allah"

dan untuk ribuan ayat dan hadist suci lainnya, kita dapat mengimplementasikan kaidah yang agung ini.


3. Allah azza wajal beristiwa

الرَّحْمَنُ عَلَى العَرْشِ اسْتَوَى 

"(yaitu) Tuhan yang Maha Pemurah. yang bersemayam di atas 'Arsy" (QS. Thaha: 5)

Hasil praktek dari kaidah tersebut:

ليس كمثل إستوائه آستواء

laisa kamitsli istwaa ihi istiwaa un

"tidak ada satu istiwaa yang sama dengan istiwaanya Allah"

istiwaa artinya meninggi di atas Arsy


4. Allah Ta'ala memiliki sifat wajah

وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ   

"Dan tetap kekal wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan." (QS. Ar-Rahman: 27)

Maka kaidahnya menjadi:

ليس كمثل وجهه وجه

laisa kamitsli wajhihi wajhun

"tidak ada satu wajahpun yang serupa dengan wajah Allah"


5. Sifat betis Allah Ta'ala

... فَيَكْشِفُ عَنْ سَاقِهِ فَيَسْجُدُ لَهُ كُلُّ مُؤْمِنٍ

"… Lalu Dia menyingkap betisnya, maka sujudlah seluruh orang beriman kepada-Nya…" (HR. Bukhari, no. 7001)

Dari kaidah tersebut maka menjadi:

ليس كمثل ساقه ساق

"tidak ada satupun betis yang sama dengan betis Allah"


6. Sifat Dua Tangan Allah Ta'ala

يَدَاهُ مَبۡسُوطَتَانِ يُنفِقُ كَيۡفَ يَشَآءُۚ


"kedua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki" (al-Maidah: 64)


Sehingga kaidah tersebut menjadi:

ليس كمثل يديه يدان

"tidak ada dua tanganpun yang serupa dengan dua tangan Allah"


7. Sifat tertawa Allah

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda : 

يَضْحَكُ اللَّهُ إِلَى رَجُلَيْنِ يَقْتُلُ أَحَدُهُمَا الْآخَرَ يَدْخُلَانِ الْجَنَّةَ، يُقَاتِلُ هَذَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيُقْتَلُ، ثُمَّ يَتُوبُ اللَّهُ عَلَى الْقَاتِلِ فَيُسْتَشْهَدُ

“Allah tertawa kepada dua orang yang salah satunya membunuh yang lain, sedangkan kedua-duanya (akhirnya) masuk surga. Orang yang satu berperang di jalan Allah, lantas ia terbunuh (di tangan laki-laki kedua). Kemudian Allah menerima taubat si pembunuh (karena masuk Islam), lalu si pembunuh tadi akhirnya juga mati syahid (di jalan Allah)” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 2826, Muslim no. 1890, An-Nasaa’iy no. 3165, dan yang lainnya]

يضحك

"tertawa"

Masdarnya

ضحك

Dhih kun

Maka dari kaidah tersebut menjadi:

ليس كمثل ضحكه ضحك

laisa kamitsli dhihkihi dhihkun

"tidak ada satu tertawapun yang sama dengan tertawa Allah"

Demikian seterusnya kaidah agung tersebut dapat diterapkan untuk sifat-sifat Allah lainnya.

Akal ahlussunnah masih tetap original, masih sehat sehingga mudah menerima dan mengimani semua sifat-sifat Allah Ta'ala.

Sebaliknya akal ahlul bid'ah telah rusak oleh filsafat (ilmu kalam/mantiq), akal yang rusak akan menolak sifat-sifat Allah dengan berbagai cara, merubah teks atau merubah makna asalnya.


Malang, Jumat 29 Dzulqo'dah 1442/9 Juli 2021

Al fakir ilallah

Dodi Iskandar

No comments:

Post a Comment