Pelaku Kebaikan Pasti Baik? Pelaku Keburukan Pasti Buruk?

 Bismillah

Tidak setiap yang HALAL dan BAIK, maka yang melakukannya pasti menjadi AHLI KEBAIKAN.

Kadang ia menjadi buruk, akibat si pelaku membarenginya dengan keburukan, atau ia lalai menjaga keikhlasan.

Dan setiap yang haram dan jelek, pelakunya pasti melakukan kesalahan dan keburukan.

Namun juga tak dapat dipastikan ia akan berakhir salah dan buruk kemudian.

Mungkin karena ketidaktahuan, bisa jadi karena taubat yang diiringi kebajikan, atau mungkin saja si pelaku adalah seorang Ahli Ijtihad yang sedang dalam berijtihad, lalu ia melakukan kesalahan.

Alih-alih berdosa, dia malah mendapat satu pahala kebaikan.

Contoh yang pertama misalnya orang yang melakukan dakwah kebenaran.

Adakah ucapan yang lebih baik dari ajakan melakukan kebajikan?


Allah berfirman,

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ..

"Siapakah yang lebih baik ucapannya daripada orang yang mengajak ke jalan Allah, lalu ia beramal shalih dan berkata: sesungguhnya termasuk dari kaum muslimin.." (Fushshilat : 33)


Dakwah bukan hanya HALAL, bahkan ia adalah kebaikan di atas kebaikan.

Tidak ada ucapan yang lebih baik dari dakwah, mengajak orang ke jalan Allah, mengajak orang melakukan kebajikan.

Tapi apakah setiap orang yang berdakwah, pasti Ahli KEBAIKAN?

Belum tentu.

Di dalam ayat tersebut di atas ada syarat agar dakwah menjadi kebaikan bagi pelakunya.

1. Harus dibarengi dengan amal shalih (وَعَمِلَ صَالِحًا)

2. Harus menjadi contoh kebaikan dalam apa yang didakwahkan (وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ..)

Dan kedua hal itu hanya bisa dilakukan dengan keikhlasan.


Bukankah Allah berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ (2)

كَبُرَ مَقْتًا عِندَ اللَّهِ أَن تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ (3)

"Hai orang-orang yang beriman, kenapa kalian tidak melakukan apa yang kalian ucapkan?

Sungguh besar kemurkaan Allah, apabila kalian tidak melakukan apa yang kalian ucapkan." 

(Ash Shoff : 2-3)


Ahli Dakwah yang mengingkari dakwahnya, bahkan diancam dengan siksa yang begitu dahsyat.


Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda,

«يؤتى بالرَّجلِ يومَ القيامةِ فيُلقي في النَّارِ، فتندلق أقتابُ بطنِه، فيدورُ بها كما يدورُ الحمارُ في الرَّحا، فيجتمعُ إليه أهل النار فيقولون:

 يا فلان مالك؟

 ألم تك تأمرُ بالمعروفِ وتنهى عن المنكر؟

 فيقول:

 بلى كنت أمرُ بالمعروف ولا آتيه، وأنهى عن المنكر وآتيه»

 متفق عليه.


"Di Hari Kiamat nanti akan dihadirkan seorang lelaki, lalu dicampakkan ke Neraka.

Di dalam Neraka usus perutnya terburai, lalu ia berputar-putar layaknya seekor keledai yang berputar mengelilingi batu.

Para Ahli Neraka bertanya,

"Hai Fulan, apa yang terjadi denganmu?

Bukankah di dunia dulu kamu selalu melakukan Amar Maruf Nahi Munkar?"

Lelaki itu menjawab,

"Betul.

Dulu aku mengajak berbuat kebajikan, tapi aku sendiri tidak melakukannya.

Dulu aku mencegah orang berbuat kemunkaran, tapi aku sendiri justru melakukannya."

(Muttafaqun 'alaih, dari Abu Zaid, Zaid bin Haritsah Radiyallaahu 'anhu)


Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam juga bersabda,

" مَثَلُ الْعَالِمِ الَّذِي يُعَلِّمُ النَّاسَ الْخَيْرَ ويَنْسَى نَفْسَهُ كَمَثَلِ السِّرَاجِ يُضِيءُ لِلنَّاسِ ويَحْرِقُ نَفْسَهُ "

"Perumpamaan seorang ulama yang mengajarkan kebaikan kepada orang banyak, tapi dia melupakan dirinya sendiri: seperti lilin yang menyinari sekitarnya, tapi membakar dirinya sendiri."

(Diriwayatkan oleh Ath Thabrani dalam Al Mu'jamul Kabiir, dari Jundub bin Junaadah)


Contoh yang kedua, bahwa pelaku keburukan atau kesalahan tidak selalu berakhir buruk, misalnya orang yang mengiringi keburukannya dengan taubat yang tulus, seperti kisah dalam.hadits shahih tentang orang yang telah membunuh 99 orang, bahkan menggenapkannya hingga seratus, laku bertaubat, walaupun belum sempat melakukan kebajikan apapun.

Atau karena ia melakukan kebaikan dengan tulus, lalu meninggal dengan husnul khaatimah.

Seperti kisah wanita pelacur Bani Israil yang dikisahkan dalam Shahih Al Bukhari, yang akhirnya masuk Surga, karena ia menolong seekor anjing yang nyaris mati kehausan.

Contoh lain, terkait dengan orang yang sudah memiliki kemampuan berijtihad sebagai ulama.

Bisa saja ia berijtihad kemudian salah, terkait sebuah perbuatan yang dia anggap halal berdasarkan ijtihadnya, ternyata ia keliru, laku ia melakukan perbuatan haram tersebut.

Maka, alih-alih berdosa, ia justru mendapatkan satu pahala kebajikan.


Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda,

إذا حكم الحاكم فاجتهد ثم أصاب فله أجران، وإذا حكم فاجتهد ثم أخطأ فله أجر.

"Kalau seorang ulama berijtihad, lalu ia benar, maka ia mendapatkan dua pahala.

Kalau ia berijtihad, ternyata salah, maka ia.mendapatkan satu pahala."

(Muttafaqun 'alaih, dari Amru bin Ash Radhiyallaahu 'anhu)


Tentu saja, ini berlaku hanya bagi ulama Ahli ijtihad.

Kalau orang yang bukan Ulama Ahli Ijtihad memaksa diri berijtihad, lalu salah, maka ia berdosa.

Maka, pelaku kebaikan tak selamanya menjadi BAIK atau menjadi CONTOH KEBAIKAN.

Pelaku keburukan, juga tak selalu akan berakhir hidupnya dengan KEBURUKAN dan selalu menjadi CONTOH KEBURUKAN.

Kita hanya harus senantiasa berbuat kebaikan dan senantiasa bertaubat setiap kali kita tahu bahwa kita melakukan keburukan.

Hendaknya kita senantiasa memohon kepada Allah agar dibukakan pintu-pintu kebaikan dan diberikan kemampuan mengerjakannya, lalu diberi taufiq agar istiqomah menjalankannya.

Kita juga memohon kepada Allah agar dikenalkan dengan keburukan-keburukan, lalu dituntun agar senantiasa mampu menjauhinya, kemudian diberi taufiq hingga wafat dalam HUSNUL KHOOTIMAH.

آمين يا مستجيب الداعين

SI PENCARI ILMU: KANG UMAR

No comments:

Post a Comment