Kapan Kalimat Laa ilaaha illallah bermanfaat bagi manusia dan kapan tidak berfaidah (bagian 3)

Al hafidz Ibnu Rojab dalam karyanya "kalimat ikhlas" menjelaskan hadist nabi sholallahu alaihi wa sallam:

  امرت ان اقاتل الناس حتى يشهدوا ان لا اله الا الله، وان محمدا رسول الله

"aku diperintah untuk memerangi manusia sampai mereka mengucapkan laa ilaaha illallah"

Bahwa Umar radiyallahu anhu dan jamaah dari sebagian sahabat memahami hadist tersebut bahwa sesungguhnya orang yang semata-mata telah mengucapkan dua syahadat terhalang dari hukuman dunia sehingga berhenti memerangi orang yang enggan membayar zakat. Sedangkan As syidiq radiyallahu anhu (Abu Bakar) memahami bahwa hal tersebut tidak menghalangi dari memerangi mereka kecuali mereka menunaikan konsekwensi dua kalimat syahadat tersebut berdasarkan sabda nabi sholallahu alaihi wa sallam yang lain:

فإذا فعلوا ذلك منعوا مني دماءهم إلا بحقها وحسابهم على الله وقال:الزكاة حق المال

"Maka apabila mereka mengucapkan dua kalimat syahadat maka terjaga darah mereka kecuali dengan hak (ada alasan lain yang dibenarkan oleh syariat untuk menumpahkan darahnya) dan perhitungannya (keadaan batinya) di serahkan kepada Allah" dan beliau berkata: zakat adalah hak harta yang wajib ditunaikan"

Inilah yang dipahami oleh Abu Bakar Asy syiddiq. Sungguh yang meriwayatkan dari nabi dengan jelas ada juga selain satu orang dari sahabat, diantara mereka yang meriwayatkan yaitu Ibnu Umar dan Anas radiyallahu anhuma atau selain keduanya bahwa nabi sholallahu alaihi wa sallam bersabda:
Aku diperintah untuk memerangi manusia sampai mereka mengucapkan laa ilaaha illallah muhammad rasulullah, melakukan sholat dan menuaikan zakat.

Dan sungguh firman Allah Ta'ala menunjukkan kebenaran hadits yang dipahami Abu Bakar As Syiddiq:

  فإن تابوا واقاموا الصلوة وءاتوا الزكاة فخلوا سبيلهم

"maka jika mereka telah bertobat (dari syirik) dan menegakkan sholat serta menunaikan zakat maka bebaskan jalan mereka" (At taubah:5).

Hal yang sama juga ditunjukkan dalam ayat ini:

فإن تابوا واقاموا الصلوة وءاتوا الزكاة فإخوانكم في الدين

"maka jika mereka bertobat, menegakkan sholat dan menunaikan zakat maka mereka adalah saudara kalian dalam agama" (At taubah:11).

Karena persaudaraan di dalam agama tidak akan kokoh kecuali dengan melaksanakan kewajiban yang menyertai tauhid. Karena sesungguhnya taubat dari syirik itu tidak akan dicapai kecuali dengan tauhid.

Maka tatkala Abu Bakar asy siddiq memutuskan hal ini di hadapan para sahabat, mereka kembali (rujuk) kepada pemahaman yang beliau pandang benar, sehingga dapat diketahui bahwa hukuman dunia tidak akan diangkat dari orang yang mengucapkan dua syahadat secara mutlak (ada ketentuannya), bahkan akan mendapatkan hukuman karena meninggalkan kebenaran yang merupakan hak-hak Islam demikian juga hukuman di akherat.

*Contoh kasus seorang muslim dapat ditumpahkan darahnya karena: rajam akibat zina mukhson (pernah berkeluarga) dan hukum bunuh sebab dilakukan qisos atau ia murtad dari Islam.

Beliau Ibnu Rojab rahimahullah juga mengatakan "sejumlah ulama berpendapat bahwa maksud dari hadist-hadist tersebut adalah bahwa ucapan laa ilaaha illallah dapat menjadi sebab ia masuk ke dalam surga dan keluarnya selamat dari neraka kalau melakukan konsekwensi laa ilaaha illallah".

Akan tetapi, konsekwensi laa ilaaha illallah tidak dapat direalisasikan kecuali dengan terkumpul syarat-syarat laa ilaaha illallah dan hilangnya penghalang dari syarat-syarat tersebut (seperti jahil, ragu, syirik, dusta, benci, meninggalkan dan membantah).

Maka terkadang ada orang yang menyelisihi laa ilaaha illallah, konsekwensi laa ilaaha illallah tidak terpenuhi syarat-syaratnya atau masih ada penghalangnya.

Maka lebih jelas lagi berkaitan dengan hal ini yaitu perkataan Al Hasan Al Basri dan Waheb bin Munabbih.

Disebutkan dari Al Hasan Al Basri bahwa beliau mengatakan kepada seorang pujangga yang sedang mengubur istrinya: apa yang telah engkau persiapkan untuk hari kematian seperti ini? Ia menjawab: syahadat laa ilaaha illallah sejak 70 tahun, Al Hasan Al Basri menimpali: benar sekali, akan tetapi laa ilaaha illallah memiliki syarat-syaratnya, maka berhati-hatilah kamu menuduh zina kepada para wanita yang baik.

Ada juga orang yang berkata kepada Al Hasan Al Basri, sesungguhnya manusia mengatakan "orang yang mengucapkan laa ilaaha illallah dapat masuk ke dalam surga, maka beliau menukas "barang siapa yang mengucapkan laa ilaaha illallah dan mempraktekan hak dan kewajibannya dapat masuk ke surga".

Dan Waheb bin Munabbih menjawab pertanyaan seseorang 

 اليس لا اله الا الله مفتاح الجنة؟

"bukankah laa ilaaha illallaah itu kunci surga?" maka beliau mengatakan:

بلى ولكن ما من مفتاح الجنة إلا له اسنان فإ جئت بمفتاح له اسنان فتح لك و إلا لم يفتح لك

"ya benar, akan tetapi tidaklah termasuk kunci surga melainkan memiliki geriginya, jika anda membawa kunci yang memiliki gerigi maka surga akan terbuka, jika tidak ada geriginya maka surga tidak akan terbuka untuk anda"

Syaikh Soleh Al Fauzan mengungkapkan: "aku merasa dalam hal ini apa yang telah aku nukilkan dari ucapan para ulama sudah mencukupi untuk membantah kerancuan yang berkaitan bahwa orang yang telah mengucapkan laa ilaaha illallah tidak kafir meskipun melakukan berbagai jenis kesyirikan akbar (besar) yang dilakukan pada zaman ini di samping makam dan kuburan orang-orang soleh yang termasuk perbuatan yang berlawanan dengan kalimat laa ilaaha illallah dan sungguh telah membatalkannya.

Inilah metode ahli zaigh (sesat), mereka mengambil nas-nas (dalil) yang masih umum dan menyangka dapat menjadi argumen bagi mereka serta meninggalkan dalil yang jelas dan terperinci. Hal ini seperti perbuatan orang yang beriman kepada sebagian Al Kitab dan mengingkari sebagiannya.

Dan sungguh Allah telah mengabarkan jenis manusia seperti ini:
"Dialah Allah yang telah menurunkan kepadamu Al Kitab yang di dalamnya terdapat ayat-ayat yang muhkamat (jelas) yang merupakan pokok-pokok agama dan ayat-ayat yang mutasabihat (global). Adapun orang yang di dalam hatinya terdapat penyimpangan maka akan mengikuti ayat-ayat yang masih global dalam rangka mencari-cari fitnah dan takwilnya. Dan tidak ada yang mengetahui takwilnya kecuali Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya mengatakan:" kami beriman dengan keduanya, semuanya berasal dari rab kami dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang berakal, wahai tuhan kami janganlah engkau condongkan hati kami kepada kesesatan setelah engkau beri petunjuk kami dan karuniakanlah dari sisi-Mu kasih sayang sesungguhnya Engkau Zat Maha Pemberi, Wahai tuhan kami sesungguhnya Engkau yang mengumpulkam manusia pada hari yang tidak ada keraguan di dalamnya, sesungguhnya Allah tidak akan menyalahi janjinya" (Al Imron:7-9).

اللهم ارنا الحق حقا وارزقنا اتباعه وارنا الباطل باطلا وارزقنا اجتنابه

Referensi:
Maknaa Laa ilaaha illallah, wa muqtadooha, wa atsaaruhaa fil fardi wal mujtama'i. Syaikh Prof.Dr. Soleh Al Fauzan.Hal 51-55

Pontianak, Senin 22 Syawal 1441/ 15 Juni 2020

Akhukum Abu Aisyah Dodi Iskandar

No comments:

Post a Comment