Berbakti Kepada Kedua Orang Tua (Birrul walidain)

Berbakti kepada kedua orang tua merupakan hak yang agung dan kewajiban yang besar. Allah Tabaraka Wata'ala mengangkat derajatnya di dalam Al Qur'anul Karim dengan cara menggandengkan dengan hak-Nya. Sehingga cukup menjadi dalil dan bukti bahwa berbakti kepada kedua orang tua termasuk hak yang terbesar yang harus ditunaikan.

Sesungguhnya Allah menggandengan hak-Nya dengan berbakti kepada kedua orang tua pada lima ayat di dalam Al Quranil Kariim, yaitu

Pertama, Allah Ta'ala berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 83,

وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثٰقَ بَنِىٓ إِسْرٰٓءِيلَ لَا تَعْبُدُونَ إِلَّا اللَّهَ وَبِالْوٰلِدَيْنِ إِحْسَانًا

"Dan (ingatlah) ketika kami mengambil janji dari Bani Israil, Janganlah kamu menyembah selain Allah..."

Kedua, Allah Ta'ala berfirman dalam surah Al-An'am ayat 151,

قُلْ تَعَالَوْا أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ  ۖ أَلَّا تُشْرِكُوا بِهِۦ شَيْئًا  ۖ وَبِالْوٰلِدَيْنِ إِحْسٰنًا  ۖ 

"Katakanlah (Muhammad), Marilah aku bacakan apa yang diharamkan Tuhan kepadamu. Jangan mempersekutukan-Nya dengan apa pun, berbuat baik kepada ibu bapak..."

Ketiga, Allah Ta'ala berfirman dalam surah An-Nisa ayat 36,

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِۦ شَيْئًا  ۖ وَبِالْوٰلِدَيْنِ إِحْسٰنًا

"Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua..."

Keempat, Allah Ta'ala berfirman dalam surah Al-Isra' ayat 23,

وَقَضٰى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوٓا إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِالْوٰلِدَيْنِ إِحْسٰنًا  ۚ 

"Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak..."

Kelima, Allah Ta'ala berfirman dalam surah Luqman ayat 14,

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسٰنَ بِوٰلِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُۥ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَفِصٰلُهُۥ فِى عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِى وَلِوٰلِدَيْكَ إِلَىَّ الْمَصِيرُ

"Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu."

Seperti apa yang datang dari Al-Qur'an tentang hak kepada kedua orang tua, datang pula hadits dari Nabi Shalallahu 'alaihi wasallam, dalam Sunan At-Tirmidzi dari hadits 'Abdullah bin 'Amr bin 'Ash radhiyallahu'anhuma, bahwa Nabi Shalallahu'alaihi wasallam bersabda,

رِضَى الرَّبِّ فِي رِضَى الْوَالِدِ وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ

"Ridha Allah terdapat pada ridha seorang bapak, dan murka Allah juga terdapat pada murkanya seorang bapak." (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi (1821) dan dihasankan oleh Al-Albani dalam Silsilah Ash-Shohihah (516).

Dan datang juga hadits dalam Ash-Shohihain yang menganggap berbuat baik kepada kedua orang tua merupakan ibadah yang agung, ketaatan yang mulia, dan ibadah yang terbesar. Dari 'Abdullah bin Mas'ud radhiallahu'anhu, dia berkata,

سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ قَالَ الصَّلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا قَالَ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قَالَ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ

"Aku pernah bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, "Amal apakah yang paling dicintai oleh Allah?" Beliau menjawab: "Shalat pada waktunya." 'Abdullah bertanya lagi, "Kemudian apa lagi?" Beliau menjawab: "Kemudian berbakti kepada kedua orangtua." 'Abdullah bertanya lagi, "Kemudian apa lagi?" Beliau menjawab: "Jihad fisabilillah." (Diriwayatkan oleh al-Bukhari (527) dan Muslim (85)).

Sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas, bahwa Nabi Shallallahu'alaihi wasallam menggandengkan dalam hadits tersebut antara berbuat baik kepada kedua orang tua dengan shalat yang merupakan tiang agama dan rukun yang paling agung setelah dua kalimat syahadat.

Dan juga telah shohih dari Nabi Shalallahu'alaihi wasallam, bahwasanya beliau menggandengkan lawan dari berbuat baik kepada kedua orang tua yaitu durhaka kepadanya dengan lawan dari tauhid kepada Allah yaitu menyekutukannya (syirik kepadanya) .

Dalam Shahihain (Bukhari dan Muslim) disebutkan hadits dari Abu Bakar radhiallahu'anhu, bahwa Nabi Shallallahu'alaihi wasallam bersabda,

أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ ثَلَاثًا قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ وَجَلَسَ وَكَانَ مُتَّكِئًا فَقَالَ أَلَا وَقَوْلُ الزُّورِ قَالَ فَمَا زَالَ يُكَرِّرُهَا حَتَّى قُلْنَا لَيْتَهُ سَكَتَ

"Apakah kalian mau aku beritahu dosa besar yang paling besar?" Beliau menyatakannya tiga kali. Mereka menjawab: "Mau, wahai Rasulullah". Maka Beliau bersabda: "Menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orangtua". Lalu Beliau duduk dari sebelumnya berbaring kemudian melanjutkan sabdanya: "Ketahuilah, juga ucapan keji (curang) ". Lalu beliau terus mengulanginya hingga kami mengatakan, "semoga beliau diam". ( Diriwayatkan oleh al-Bukhari (2654) dan Muslim (87)).

Sebagaimana Rabb kita yang Maha Agung dengan ketinggian-Nya yang telah menyuruh untuk berbakti dan berbuat baik kepada kedua orang tua yang merupakan hal yang mutlak dan umum, agar mendapatkan semua kebaikan, baik perkataan maupun perbuatan.

Bahkan keumuman ini menunjukkan bahwasanya pada kedua orang tua terdapat kebaikan yang sempurna dan yang sangat tinggi. Mengapa tidak ! Karena kedudukan keduanya merupakan kedudukan yang agung dan hak hak keduanya merupakan hak yang besar. Oleh karena itu, hendaknya untuk kedua orang tua kita harus menunjukan pergaulan dan muamalah yang baik serta kata-kata yang indah, serta memperhatikan hak-hak untuk keduanya yang hak-hak tersebut tidak ada pada selain keduanya.

Bahkan untuk kedua orang tua, hak tersebut harus lebih diutamakan dan harus memberikan bagian yang sempurna bagi keduanya. Dalam Shahihain disebutkan, dari hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiallahu'anhu , dia berkata

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي قَالَ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أَبُوكَ

"Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lalu dia bertanya, "Siapakah orang yang paling berhak dengan kebaktianku?" Jawab Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, "Ibumu!" dia bertanya lagi; "Kemudian siapa?" beliau menjawab: "Ibumu!" dia bertanya lagi; "Kemudian siapa?" beliau menjawab: "Kemudian Ibumu!" dia bertanya lagi; "Kemudian siapa?" dijawab: "Kemudian bapakmu!".

Maka hendaknya engkau memikirkan -semoga Allah memperhatikan mu- bagaimana Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam menjadikan bagi kedua orang tua hak yang tinggi dan bagian yang sempurna seperti pergaulan yang baik, mu'amalah yang indah, serta perkataan yang baik. Tetapi ada sebagian orang ketika bertemu dengan teman temannya dan duduk bersama mereka serta beramah tamah dengan nya, ia memilih perkataan yang menyenangkan untuk mereka, menampakkan akhlaq yang baik dan adab yang tinggi.

Sedangkan ketika ia bertemu dengan kedua orang tuanya atau salah satu dari keduanya, ia tidak menampakkan sedikitpun dari hal tersebut kepada keduanya !! Bahkan bagi sebagian orang, kedua orang tuanya menempati daftar terakhir dari orang orang yang layak untuk mendapatkan kebaikan darinya.

Hal ini merupakan kehinaan yang sempurna, tabi'at yang paling buruk, perbuatan yang keji, dan termasuk hal yang melalaikan hak hak dan kewajiban-kewajiban.

Referensi:
Birrul Walidain. Syaikh Prof. Dr. Abdurrazak bin Abdul Muhsin Al Abbad. Hal 1-2.

Pontianak, 16 Jumadil Ula 1441/12 Januari 2020

Akhukum.
Muflihin
Siswa Kelas XII MAN 2 Pontianak

Muroja'ah
Abu Aisyah Dodi Iskandar

Mahasiswa Program Doktor Ilmu Pertanian Untan

No comments:

Post a Comment