Perusak Aqidah yang Tidak menjadikan Pelakunya Kafir, hanya Mengurangi dan Melemahkan Keimanan

Telah dijelaskan sebelumnya perusak aqidah jenis pertama yang membatalkan keislaman dan menjadikan pelakunya murtad. Maka pelakunya diminta untuk bertaubat jika tidak mau bertaubat maka ia dibunuh.

Jenis yang kedua dari perusak aqidah yakni perusak yang tidak sampai menjadikan pelakunya kafir, namun dapat melemahkan dan mengurangi keimanannya, serta pelakunya berpeluang dilemparkan ke neraka dan Allah murka kepadanya.

Contoh perbuatan yang tidak sampai menjadikan pelakunya kafir yakni zina. Jika dia meyakini dan mengetahui bahwa zina itu haram dan ia tidak menghalalkannya, tetapi ia tetap berzina dan dalam keadaan menggetahuinya maka sungguh ia termasuk orang yang melakukan kemaksiatan. Hal ini tidak sampai menjadikan pelakunya kafir dan ia termasuk orang yang melakukan kemaksiatan. Akan tetapi keimanannya berkurang, dan kemaksiatan ini merusak aqidahnya tetapi tidak sampai menjadikan ia kafir. Namun seandainya ia meyakini zina itu halal maka ia menjadi kafir.

Demikian juga seandainya seseorang mengatakan mencuri itu halal atau hal yang serupa dengan itu maka ia kafir karena telah menghalalkan apa yang Allah Ta'ala haramkan.

Dan demikian juga ghibah, namimah, durhaka kepada orang tua, memakan riba, dan perbuatan yang semisalnya dengan itu, semua ini merupakan perusak aqidah yang dapat melemahkan agama dan keimanan.

Dan demikian pula bid'ah yang merupakan perbuatan dosa yang lebih besar dari maksiat, maka bid'ah di dalam agama dapat melemahkan keimanan akan tetapi tidak menjadikan pelakunya murtad selama tidak di temukan didalamnya kesyirikan.

Contoh perbuatan bid'ah yakni mendirikan bangunan di atas kuburan seperti membangun masjid atau qubah di atas kuburan,  maka ini merupakan kebid'ahan yang merusak agama dan melemahkan keimanan, akan tetapi jika membangun masjid atau qubah di atas kuburan dan dia tidak meyakini bolehnya kufur kepada Allah, serta tidak mengiringinya dengan berdoa, beristighotsah dan bernazar kepada penghuni kubur, namun ia hanya berprasangka perbuatannya ini dalam rangka menghormati dan memuliakan penghuni kubur, maka perbuatan tersebut belum sampai kepada kekufuran, tetapi perbuatan tersebut merupakan kebid'ahan yang merusak agama, serta melemahkan dan mengurangi keimanannya, dan merupakan jalan menuju kepada kesyirikan.

Contoh lain dari perbuatan bid'ah yakni bid'ah dalam perayaan kelahiran Nabi Shollallahu 'alaihi wassalam (Maulid Nabi), sebagaimana sebagian manusia pada tanggal 12 Robi'ul Awal merayakan maulid Nabi Shollallahu 'alaihiwassalam, maka perbuatan ini merupakan kebid'ahan, dimana Nabi Shollallahu 'alaihiwassalam tidak pernah melakukannya, begitu pula para sahabat Nabi Shollallahu 'alaihiwassalam, khulafahu Rasyidin, para tabi'in dan para tabi'ut tabi'in, semuanya tidak pernah mempraktekanya, maka ini merupakan kebid'ahan yang baru di dalam agama.

Contoh lainnya yakni perayaan kelahiran Al-Badawii, atau Abdul Qodir Jiilaani atau selain dari mereka. Maka perayaan kelahiran seperti ini merupakan satu kebid'ahan dan  kemungkaran yang merusak aqidah, maka sesungguhnya Allah telah menurun hujjahnya. Seperti sabda Nabi Shollallahu 'alaihiwassalam:

وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ

“Dan Sejelek-jelek perkara adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan” (HR. Muslim no. 867)

Dan Nabi Shollallahu 'alaihiwassalam bersabda:

مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ

“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam urusan kami ini (urusan agama) yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak” (HR. Bukhari no. 2697 dan Muslim no. 1718)

Dan Nabi Shollallahu 'alaihiwassalam bersabda:

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan berasal dari kami, maka amalan tersebut tertolak” (HR. Muslim no. 1718)

Dan Nabi Shollallahu 'alaihiwassalam bersabda:

إِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ

Jauhilah diantara kalian perkara (agama) yang diada-adakan karena setiap perkara (agama) yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah kesesatan” (HR. At Tirmidzi no. 2676, Abu Daud no. 4607, Ibnu Majah no. 42, dan dishahihkan oleh Albani di dalam Shohih Jaami')

Maka bid'ah merupakan kerusakan di dalam agama yang tidak sampai menjadikan pelakunya kafir, selama di dalamnya tidak ada kekufuran.

Namun jika di dalam perayaan maulid Nabi, mereka berdoa kepada Rosullullah Shollallahu 'alaihiwassalam, beristigosah dan meminta pertolongan kepada Rosullullah Shollallahu 'alaihiwassalam, maka ini termasuk kesyirikan kepada Allah, misalnya mereka mengatakan::"Ya Rosullullah tolonglah kami, tolong kami ya Rosullullah" atau mereka meyakini bahwa Rosullullah Shollallahu 'alaihiwassalam mengetahui perkara ghaib, seperti keyakinan sebagian orang syiah meyakini Ali, Hasan, dan Husein mengetahui perkara ghaib. Semua ini merupakan kesyirikan dan murtad dari agama. Sama perayaan.

Hal ini berlaku sama, baik di dalam perayaan maulid Nabi Shollallahu 'alaihiwassalam atau di dalam perayaan maulid lainnya.

Dan contoh perkataaan sebagian syi'ah rafidhoh, yakni mereka mengatakan sesungguhnya 12 Imam mereka mengetahui perkara ghaib, dan ini merupakan kekufuran, kesesatan dan murtad dari Islam.

Seperti firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

{قُل لَّا يَعْلَمُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ ..} [النمل : ٦٥]

Katakanlah: "Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah (Q. S. An-naml: 65)

Adapun jika dalam perayaan tersebut semata-mata hanya pengajian sejarah kelahiran Nabi, mengingat apa-apa yang terjadi saat kelahiran nabi seperti terjadinya perang (pasukan gajah yang dipimpin Abrahah untuk menghancurkan ka'bah) atau kejadian lainnya, jika hanya dalam rangka perayaan. Maka ini merupakan kebid'ahan di dalam agama, hanya menggurangi agama seseorang dan mengurangi keimanan namun tidak sampai membatalkan agamanya.
Allahu'alam

Referensi:
- Al Qowadihu fil aqidah. Syaikh Bin baz. Hal 23-26
- link: http://quran.ksu.edu.sa/index.php?aya=27_65

Pontianak, Jum'at 11 Robiul awal 1441 H / 8 November 2019 M

Akhukum..
Abu Abdillah Auditya
Alumni S-1 Kimia Untan

Muroja'ah
Abu Aisyah Dodi Iskandar
Alumni S-2 Pendidikan Kimia UNY

No comments:

Post a Comment