Dauroh Ilmiyyah
"Lamiyah Ibnu Taimiyah"
Pemateri : Ust Abdul Mu'thi Al Maedani hafidahullahu
Ponpes Manarussunnah, 23 Sya'ban 1440 H/29 April 2019
disusun : Abu Aisyah Dodi Iskandar
Manzumah adalah susunan bait-bait syair yang disusun sedemikian rupa dan berakhiran dengan huruf lam.
Terdiri dari dua jenis, bait pertama (kolom kanan) disebut sebagai sodrul bait dan kolom bait kedua (kolom kiri) dinamakan azzul bait.
Lamiyah ini terdiri dari delapan belas bait yang berisi tentang pelajaran aqidah. Dikalangan ahlussunnah lamiyah ini masyhur dinisbatkan kepada Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Terlepas benar dan tidaknya lamiyah ini dinisbatkan kepada beliau rahimahullah, isi lamiyah ini sesuai dengan aqidah ahlussunnah wal jamaah.
Yang dimaksud orang yang bertanya disini ada dua kemungkinan, boleh jadi para penuntut ilmu (thulabul ilmi) yang ingin mengetahui aqidah yang benar dari ulamanya, dan kemungkinan lain para ahlu bid'ah yang ingin menguji beliau.
Karena motif orang yang bertanya ada beberapa keadaan:
1. Untuk membangkang, contoh Yahudi yang bertanya tentang jenis sapi yang harus disembelih. Padahal sudah tahu jenis sapinya.
2. Untuk menguji dalam rangka menjatuhkan kehormatan.
3. Untuk menghalalkan apa yang diharamkan Allah dan sebaliknya dalam rangka pembenaran dengan merekayasa alasan sehingga pihak yang menjawab memberikan jawaban sesuai yang dikehendaki penanya.
4. Untuk mendapatkan kebenaran dan pengarahan agar bisa berpegang diatas kebenaran dan mengamalkannya.
Motif yang diperbolehkan yaitu poin yang keempat. Adapaun tiga poin pertama haram hukumnya. Demikian juga bertanya juga harus memperhatikan adab-adabnya. Harus mengetahui waktu dan tempat yang sesuai. Karena mungkin pada waktu dan tempat yang kurang tepat, jawaban yang didapatkan juga kurang tepat.
Bertanya tidak boleh dilakukan dengan paksaan, karena tidak semua pertanyaan itu dapat dijawab. Imam Malik rahimahullah saja sebagai Ulama Besar, beliau rahimahullah tidak mampu menjawab seluruh pertanyaan dari 40 persoalan. Sampai-sampai yang bertanya kecewa karena sudah datang dari tempat yang jauh.
Namun demikianlah sikap orang yang berilmu, menjawab sesuai dengan apa yang beliau ketahui saja. Karena boleh jadi memaksakan menjawab pertanyaan yang tidak dilandasi ilmu bisa menjadi fatwa yang menyesatkan.
Contoh penanya yang baik dicontohkan oleh Malaikat Jibril yang bertanya kepada Nabi dengan berpakaian rapih dan santun mengajukan pertanyaan kepada Nabi tentang Islam, Iman dan Ihsan di dalam masjid.
Madzhab diartikan sebagai metodologi.
Metodologi dalam beraqidah kata Syaikhul Islam tidak terlepas dari dua hal yaitu:
1. Menghindari Taklid, yaitu menerima ucapan tanpa hujjah (mengekor tanpa mengetahui alasannya)
2. Menjauhi fanatik kepada manusia, hanya berpatokan kepada kitabullah dan sunnah rasul-Nya.
Tidak ada larangan dalam bermadhab. Seperti madhab hanafi, maliki, syafi'i dan hambali. Madhab itu diumpamakan seperti jembatan untuk menyeberang lautan. Karena ilmu fikih itu seperti lautan yang tidak berujung maka perlu pemandu agar selamat dan tidak tenggelam. Dibimbing dengan madzhab tertentu dulu akan mempermudah dalam memahami dan dapat mempelajari madhab lain dalam rangka untuk mencari dalil yang paling kuat.
Aqidah adalah keyakinan dalam hati.
Rezeki itu ada dua jenis. Pertama, rezeki hissi (lahiriah). Rezeki yang bisa dirasakan oleh panca indera. Seperti pasangan, harta, makanan dan minuman dan lain sebagainya. Kedua, rezeki maknawi (batin). Rezeki yang hanya bisa dirasakan oleh hati, misalnya iman, islam, aman, dan lain sebagainya. Rezeki maknawi jauh lebih penting daripada rezeki hissi, karena tatkala rezeki maknawi hilang maka rezeki hissipun tidak bisa dirasakan.
Contohnya seseorang yang memiliki berkarung-karung uang tidak dapat dinikmati jika dalam kondisi tidak aman. Imam Ibnul Qayyim mengisahkan tentang gurunya yaitu Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah yaitu Gurunya itu memiliki wajah yang selalu ceria. Mengapa? karena gurunya telah memiliki surga di dalam hatinya yaitu nikmat rezeki maknawi berupa ilmu dan iman.
Kejahilan (kebodohan) adalah sumber keburukan. Petunjuk dari Allah itu ada empat jenis:
1. Al hidayah Aamah, hidayah yang diberikan kepada seluruh makhluk untuk hidup. قَالَ رَبُّنَا الَّذِي أَعْطَى كُلَّ شَيْءٍ خَلْقَهُ ثُمَّ هَدَى
"Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk" (Toha:50).
Contoh bayi yang baru lahir dan tidak pernah belajar sudah langsung tahu cara mendapatkan makanan dengan mendekatkan mulutnya ke puting susu ibunya.
Semut yang masuk ke dalam lubang dan tertutup air tahu bagaimana cara menyimpan dan mengeringkan makanannya. Bahkan kucing yang keracunan berlari mencari daun-daunan yang dimakan kemudian muntah agar sembuh dari racun dan lain sebagainya.
2. Dilalah Irsyad dan bayan, hidayah berupa petunjuk pengarahan dan penjelasan. Oleh karena itu Allah mengirimkan para rasul dan nabi untuk memberikan hidayah jenis ini.
وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
"Dan sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus" (Asyuro:52). Petunjuk yang dimaksud adalah pengarahan dan penjelasan.
3. Hidayah Taufik dan ilham. Hidayah ini yang diberikan oleh Allah dan Allah saja yang memilikinya. Dengan hidayah ini hati seseorang terbuka menerima kebenaran. Tidak ada yang bisa menjamin mendapatka hidayah jenis ini termasuk kita sendiri tidak ada yang bisa menjaminnya.
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
"Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk" (Alqosos:56). Petunjuk dalam ayat ini yaitu taufik dan ilham yang hanya dimiliki oleh Allah saja.
4. Hidayah Ahli Jannah li jannah dan ahli Naar li naar, Hidayah diberikan kepada penduduk surga sehingga tidak akan tersesat jalannya menuju surga. Demikian juga hidayah bagi penduduka neraka sehingga tetap sampai ke neraka. Dan keduanya tidak akan tertukan dan masing-masing tahu menuju tempatnya masing-masing.
Hidayah berupa petunjuk kepada kebenaran harus dicari dan dikejar. Bukan dengan berpangku tangan, hidayah bukan ditunggu melainkan dijemput. Contoh tauladan kita shahabat mulia Salman Al Farisi radyilallahuanhu, beliau berjalan jauh dari negeri Persia (Iran) mencari hidayah dengan berganti-ganti guru (para pendeta Ahli kitab) sampai kemudian menjadi budak dan telah sampai kota Madinah.
Dikisahkan Salman sudah mendapatkan informasi tentang seorang nabi akhir zaman yang telah ada di Madinah dengan tiga ciri yaitu pertama, tidak mau menerima sedekah, kedua mau menerima hadiah, dan ketiga ada tanda kenabian di punggungnya.
Berbekal info tersebut Beliau kemudian memberikan sedekah kurma kepada Nabi dan Nabi tidak mau memakannya dan diberikan kepada sahabat lain. Kemudian memberikan hadiah kurma akhirnya Nabi mau memakannya dan ketiga tatkala Nabi mengikuti pemakaman orang yang telah mati Salman mengeliling Rasululullah karena ingin melihat tanda dipunggungnya dan Nabi tahu, Kemudian membuka kain yang menutup punggungnya karena tahu Salman ingin melihat tanda kenabiannya.
Maka setelah Salman mendapatkan tiga ciri secara lengkap maka Salman memeluk Nabi dan menangis terharu karena Allah telah mengabulkan harapannya dipertemukan dengan kekasihnya yaitu Rasululullah sholalllahu alaihi wasallam. Sikap yang tidak baik yaitu menunggu hidayah datang. Mengapa, karena boleh jadi yang ditunggu bukan hidayah melainkan kematian.
Hidayah datang karena beberapa sebab diantaranya:
1. Mengamalkan Nasehat, nasehat itu terkadang datang dari orang yang kita benci, karena orang tersebut tidak memiliki beban untuk menyampaikan. Berbeda dengan teman sendiri karena merasa tidak nyaman menyampaikan akhirnya membiarkannya. Misalnya budaya orang Jawa menyebutnya "pekewuh". Nasehat sangat berat diamalkan terutama jika datang dari orang yang tidak kita anggap. Akan tetapi, dengan mengamalkan nasehat dapat menjadi sebab datangnya hidayah.
2. Merenungkan isi kandungan Alquran. Alquran bukan hanya dibaca lafadnya saja, melainkan dibaca terjemah dan tafsirnya untuk direnungkan (ditadaburi). Sebab Alquran dapat menyentuh hati manusia. Kalau Alquran saja tidak bisa menyentuh hati lantas apalagi yang bisa? Gunung saja yang kuat, besar dan keras bisa pecah bekeping-keping jika diberikan alquran, tentunya hati manusia diharapkan lebih mudah untuk disentuh. Alquran jangan dijadikan sebagai pengganti musik.
Banyak yang mendengarkan Alquran akan tetapi tidak mengambil sikap memperhatikan dan bahkan hanya sekedar didengarkan sambil melakukan aktivitas lainnya, maka ini sikap yang tidak bijak. Perintah untuk mendengarkan Alquran dan diam menggunakan dua kata kerja yaitu (يستمع dan انصط). Yastamiu itu berbeda dengan (يسمع) sebagai mana kaidah menyatakan: زيادة المبنى زيادة المعنى artinya bertambah nya bangunan kata maka bertambah juga maknanya. Arti yastamiu adalah mendengarkan dengan memperhatikan.
Demikian juga (انصط) berbeda dengan (اسكت), ansit artinya diam dan tidak melakukan aktivitas lain kecuali memperhatikan. Oleh karena itu ketika Alquran diperdengarkan maka perhatikanlan baik-baik, dan jika memang belum ada niat mendengarkan lebih baik dimatikan suara alquran yang diputar melalui alat elektronik.
Alquran bukan pengganti musik, melainkan wahyu yang mulia.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menyebutkan dirinya muhakik (peneliti) bertujuan untuk meyakinkan orang yang bertanya agar tidak ragu. Hal ini bukan berarti merekomendasikan dirinya karena ada kebutuhan.
Demikian juga yang pernah diamalkan oleh sahabat mulai Ibnu Abbas semoga Allah meridoi keduanya, pernah mendatangi kaum khawarij dengan menyebutkan kedudukan beliau wakil dari para shahabat yang tentunya lebih tahu tentang Alquran yang diajarkan Nabi dibanding yang lainnya, beliau sampaikan karena untuk meyakinkan kaum khawarij yang sesat agar kembali kepada jalan yang benar.
Mempelajari aqidah untuk menjaga jangan sampai tergelincir kepada kesyirikan. Nabi Ibrahim sebagai Abul anbiyaa (bapaknya para nabi setelah beliau), juga disebut kholilurrahman (kekasih Allah), gelar yang hanya diberikan kepada dua orang yaitu beliau dan Nabi Muhammad saja.
Nabi ibrahim adalah bapaknya Ahli Tauhid, secara akal rasanya tidak mungkin Nabi Ibrahim terjatuh dalam kesyirikan, akan tetapi beliau tetap merasa takut terjatuh dalam perbuatan syirik dan beliau berdoa agar istiqomah sampai akhir hayat
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آَمِناً وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ
"Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala"
Faktor yang menyebabkan seseorang tetap istiqomah yaitu Pertama, jangan merasa aman dari kesesatan dan perbuatan dosa besar, terutama syirik dan dosa lainnya. Karena merasa aman dari kesesatan termasuk dosa besar.
Ada kisah yang bisa diambil pelajaran yaitu kisah Abdulah Al Qosimi yang masyhur di kalangan para ulama, beliau awalnya ulama sunnah yang produktif menulis karya-karya yang bagus, sampai-sampai ada pujian semoga Abdullah Al Qosimi masuk surga dengan sebab amal sholih berupa karya-karyanya, namun karena berbagai faktor sehingga tidak istiqomah diakhir hidupnya mati sebagai ateis.
Kedua, banyak berdoa minta istiqomah
يا مقلب القلوب ثب قلوبنا على طاعتك
Wahai Zat yang maha membolak-balikan hati tetapkanlah hati kami diatas ketaatan kepadamu. Doa dapat menjadi sebab istiqomah, oleh karena itu doa didalam sholat wajib (tunjukilah kami kejalan yang lurus) diucapkan minimal tujuh belas kali dan dapat ditambahn dengan sholat sunah lainnya.
Ketiga, terus tidak berhenti belajar ilmu tauhid. Ilmu tauhid itu tidak instan, Nabi saja mengajarkannya selama tiga belas tahun di mekah dan belum mengajarkan lainnya kepada para sahabat. Karena seseorang itu pasti tidak berhenti menerima ujian-ujian dalam hidup dan sangat butuh kepada istiqomah.
Seseorang akan kuat karena diatas tauhid yang benar. Banyak diantara para penuntut ilmu sudah merasa lama ngaji sampai sepuluh atau lima belas tahun namun belum pernah satu kitabpun tamat dan terkadang belajarnya pun tidak sistematis dan putus-putus. Maka belajar tauhid perlu keseriusan dan kesungguhan dan jangan bosan.
Rasa bosan dalam belajar tauhid boleh jadi awal dari penyimpangan dan kesesatan, maka Dakwah salafiyah konsisten terus mendakwahkan tauhid dengan hikmah dan kelemahlembutan, sebagaimana nasihat para Ulama semisal Syaikh Bin Baz, Syaikh Al Albani, dan para ulama lainnya. Semoga Allah merahmati semuanya.
Di zaman ini manusia jauh dari ilmu dan tenggelam dalam kebodohan maka dakwah perlu kelembutan. Fokuskan mengajarkan tauhid bukan memfokuskan memvonis kafir dan membidah-bidahkan orang karena mereka akan lari dari kebenaran.
Vonis kafir sembarangan akan memicu kemarahan orang-orang dan menghasilkan banyak permusuhan dan tentunya akan merugikan dakwah itu sendiri.
Keempat, Agar istiqomah yaitu dengan melawan hawa nafsu. Imam Al Mawardi membedakan antara hawa nafsu dan syahwat. Hawa nafsu meliputi keyakinan atau pemahaman, sedangkan syahwat berupa kesenangan seperti makan, kebutuhan biologis dan lain sebagainya.
Islam datang bukan untuk menghabisi syahwat akan tetapi mengarahkannya kepada hal yang benar. Zina merupakan penyaluran syahwat yang menyimpang dan Menikah merupakan penyaluran syahwat yang suci dan sakral.
Hawa nafsu itu adalah induknya sedangkan syahwat adalah turunanya. Tatkala hawa nafsu menyimpang maka akan melahirkan syahwat-syahwat buruk lainnya.
Mencintai para sahabat adalah madhabku dan mencintai keluarga nabi (ahli bait) merupakan amal sholeh, dan amal sholeh dapat dijadikan tawasul. Pengertian sahabat nabi adalah:
من لقي النبي ومؤمنا به ومات على ذلك
"orang yang bertemu dengan dengan nabi (meskipun buta) dan beriman kepadanya serta mati diatas keimanan tersebut".
Menurut pendapat yang paling kuat seseorang yang bertemu dengan nabi dan beriman serta mati dalam keadaan beriman meskipun diselingi kemurtadan diantaranya maka tetap statusnya sebagai sahabat. Orang yang membenci sahabat hukumnya kafir. Sifat mereka tercantum dalam surat Al Fath:29
"Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka.
Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud.
Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir"
Ayat yang mulia ini menjukkan bahwa orang-orang yang membenci para sahabat dengan memaki dan mencelanya maka statusnya kafir.
Kecintaan dan keridoan Allah kepada para sahabat nabi ditunjukkan dalam surat At Taubah ayat ke-100:
"Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar".
Demikian juga persaksian dan pujian Allah kepada para sahabat dalam surat Al Hasr ayat ke-8 s.d 9:
"(Juga) bagi orang fakir yang berhijrah (kaum muhajirin) yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya dan mereka menolong Allah dan RasulNya. Mereka itulah orang-orang yang benar"
"Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (kaum Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung"
Kewajiban kita sebagai muslim yaitu mencintai mereka dan bukan membenci serta memusuhi mereka. Oleh karena itu membenci dan mencela mereka termasuk perbuatan haram. Ketika terjadi pertikaian antara Abdurrahman bin Auf (sahabat yang lebih dulu masuk Islam) dan Kholid Ibnul Waliid (masuk Islam belakangan pasca perang Uhud) dan sampai Kholid mencela Abdurrahman kemudian Nabi mengatakan "jangan pernah kalian mencela sahabatku", "Seandainya diantara kalian menginfakan emas sebesar gunung Uhud di jalan Allah tidak akan pernah menyamai sedekah satu mud atau setengah yang diinfakkan para sahabatku".
Gunung Uhud berbukit-bukit dan besar sekali, jika ada orang yang menginfakan emas sebesar itu tidak akan mengimbangi nilai pahala sedekah sahabat nabi yang hanya satu mud atau setengahnya (dalam Alqomus Fairuz Abadi).
Satu mud yaitu dua tapak tangan jadi satu. Beda dengan satu sho yaitu empat kali mud. Kita harus membersihkan lisan kita terhadap perselisihan diantara para sahabat, tidak boleh berkomentar.
Jika membaca peperangan seperti Jamal (ali dan Talhah bin Ubaidillah serta Aisyah Istri Nabi) dan Shiifin (Ali dan Muawiyyah serta Amr bin Ash) maka cuku mengetahui saja. Para sahabat semuanya adalah orang-orang terpercaya (uduul) dan ahli ijtihad.
Mereka benar mendapatkan dua pahala dan jika keliru mendapatkan satu pahala. Katakan kepada mereka semua رضي الله عنهم semoga Allah meridoi mereka semua.Bahkan Ali bin Abi Talib mengatakan:
"aku berharap demikian juga Zubeir bin Awwam, Talhah bin Ubaidillah, Muawiyah bin Abi Sufyan termasuk orang-orang dalam surat Al Hijr ayat ke-47:"Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan"
Lihatlah perkataan indah dari Umar bin Abdul Aziz rahimahullah beliau seorang Tabi'in:
"Para sahabat adalah suatu kaum, Allah Ta'ala telah membersihkan tangan-tangan dan pedang-pedang kita dari darah mereka"
artinya Alhamdulillah Allah tidak mentakdirkan kita hidup pada masa ftinah dan teribat dalam peperangan diantara para sahabat, sehingga tangan-tangan dan pedang-pedang kita tidak terkotori oleh darah mereka.
Oleh karena itu bersihkan lisan-lisan kita dari kemuliaan dan kehormatan mereka".
Dan hendaklah berhati-hati dari membaca buku-buku sejarah yang memojokkan para sahabat maka biasanya yang bersebrangan dengan Ali bin Abi Talib, kalau buku tersebut sudah menyudutkan Amr bin Ash atau Muawiyyah maka berhati-hatilah boleh jadi itu buku itu membawa pengaruh syiah rafidah.
Bisa jadi penulisnya seorang syiah yang benci kepada para sahabat atau minimal terpengaruh riwayat-riwayat syiah. Kalau penulisnya ahlussunnah maka tidak akan mencela satu sahabatpun.
Maka buku yang paling bagus tentang kisah yang terjadi diantara para sahabat ditulis oleh Imam Ibnul Arabi yaitu Al awasim minal khowasim
(العواصم من القواصم)
Mencintai Ahli Bait yang
taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Abu lahab juga ahli bait tapi justru wajib membencinya karena kekafirannya.
Ahli bait diantaranya Ali Bin Abi Talib, Hasan dan Husen dan keturunannya, Al Abbas dan keturunannnya, Alu Jafar, Alu Aqil dari banu Hasyim dan setiap dari Banu Muthalib, semua istri Nabi adalah ummatul mukminim.
وَأَزْوَاجُهُ أُمَّهَاتُهُمْ
"dan isteri-isteri Nabi adalah ibu-ibu mereka" (Al ahzab:6).
Ahli bait tidak makan sedekah. Sedekah itu harta yang biasanya diberikan kepada fakir miskin. Hadiah adalah pemberian yang diberikan dalam rangka mengungkapkan rasa cinta dan kasih sayang. Hadiah jangan ditolak meskipun kita mampu membelinya karena tujuannya bukan karena kebutuhan.
Wakaf yaitu sesuatu yang diperuntukkan untuk Allah yang akan dimanfaatkan untuk kepentingan kaum muslimin sehingga tidak boleh djual. Hadiah boleh dijual belikan.
Syiah sangat keji mencela Aisyah Istri Nabi, beliau yang paling dicintai setelah Khadijah. Syiah jatuh kepada kekafiran terutama Syiah Rafidah.
Ciri-ciri pengaruh Syiah dalam menyebutkan Ali dengan alaihi salam atau karomallohu wajhah. Abu Bakar yang lebih mulia setelah Rasululullah dan lebih mulia dari Ali hanya diberikan ucapan radiyallohu anhu.
Ada memang dari kalangan Ulama Sunnah yaitu Imam As Son'ani (dalam naiul autor) dan Imam As Syaukani (subulus salam) kadang menyebutkan demikian karena pengaruh Syiah yang sangat kuat dan kita tidak perlu mengikutinya.
Al Wala wal Bara dalam ajaran Syiah maknanya loyalitas kepada Ali Bin Abi Talib dan ahli bait berlepas diri dari dua Thogut ABu Bakar dan Umar bin Khattab dan meyakini keduanya di neraka.
Kita boleh melaknat Syiah secara umum karena mereka kafir dan tidak boleh secara personel. Bertawasul dengan amal sholeh adalah perkara yang masru' (disyariatkan) yaitu mencintai para sahabat dan ahli bait.
Yang haram adalah berdoa kepada sahabat dan ahli bait maka ini syirik. Mencari berkah ke kuburan mereka maka ini syirik. Karena berkah datangnya dari Allah.
Mencium tangan ahli bait hukumnya boleh jika benar-benar ahli bait sebagai bentuk penghormatan itupun dia dikenal sebagai ahlussunnah berpegang dengan sunnah nabi dan bukan ahli bid'ah.
Ahli bait berhak mendapatkan penghormatan lebih dari orang biasa jika termasuk ahlussunnah dan orang yang bertakwa. Biasanya ahli biat yang mengerti sunnah biasanya tidak mau dicium tangannya.
Di timur tengah biasanya kepalanya dicium dengan tujuan penghormatan dan rasa cinta bukan karena ngalap berkah. Zaid bin Tsabit pernah tali kekang ontanya dipegang oleh Ibnu Abbas sebagai penghormatan karena Ibnu Abbas sahabat kecil sedangkan Zaid lebih dulu dan senior.
Tawasul secara umum ada tiga bagian. Pertama tawasul syirik, yaitu meminta kepada selain Allah. Contoh meminta kepada wali yang telah mati dan lain-lainnya, datang ke keburun untuk ngalap berkah ke kuburan dengan orang soleh. Dalam surat Jin ayat ke 18 : "dan sesungguhnya masjid-masjid milik Allah maka janganlah kamu berdoa kepada siapapun di dalamnya selain Allah"
dan Nabi bersabda mintalah kepada Allah. Orang-orang berdosa ragu meminta langsung kepada Allah dan yakin jika meminta kepada orang soleh yang punya kedudukan di sisi Allah akan dikabulkan.
Maka ini syirik meskipun mereka menamakan dengan tawasul dengan orang soleh. Apalagi jika yang meninggal sebelum mati bepesan untuk dimintai berkah maka orang mati tersebut termasuk thagut (melewati batas syariat). Orang berdosa hendaknya harus bertobat minta ampun dan beristigfar bukan bertawasul dengan orang mati dan jangan menyamakan Allah seperti makhluk jika mengajukan proposal harus melalui perantara karena Allah tidak butuh kepada perantara.
Kedua, tawasul bid'ah yaitu tawasul dengan kehormatan orang soleh, misalnya bertawasul dengan kehormatan nabi atau dengan zat nabi. Disebut bid'ah karena tidak pernah diajarkan Nabi dan diamalkan oleh satupun sahabat. Ketiga tawasul syar'i yaitu yang disyariatkan. Ada tiga: a) dengan nama-nama dan sifat Allah, contoh Ya Hayyu (maha hidup) dan Ya Qoyyum (maha berdiri sendiri), barang siapa berdoa dengan dua nama ini akan diijabah.
Contoh doa nabi
يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ اَسْتَغِيْثُ وَ اَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ لاَ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ
"Wahai Yang Maha Hidup dan Maha berdiri sendiri dengan rahmat-Mu aku minta tolong dan perbaikilah urusanku jangan serahkan urusanku kepada diriku walaupun sekejap mata"
b) bertawasul dengan amal sholeh, Contoh dalam Ali Imron :53."Ya Tuhan kami, kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan telah kami ikuti rasul, karena itu masukanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang menjadi saksi (tentang keesaan Allah)".
Sangat jelas dengan bertawasul dengan cara beriman kepada Allah dan mengikuti Rasululullah memohon dicatat sebagai orang-orang yang bersaksi. Dari hadist Nabi riwayat Imam Bukhari yaitu tiga orang yang terjebak dalam gua tertutup batu besar, maka orang pertama bertawasul dengan amal soleh karena bakti kepada orang tuanya yaitu selalu mendahulukan memberi susu kepada mereka daripada kepada istri dan anaknya sampai suatu saat orang tuanya tertidur dan menunggu sampai bangun dan tetap mendahulukan memberi susu kepada ortunya meskipun anak-anaknya menangis dan mengucapkan seandainya amal ini diterima karenamu maka bukakanlah pintu dan terbuka namun belum sempurna.
Kemudian orang kedua yaitu menyebutkan amalan terdahulunya yaitu dia punya saudari perempuan dan dia sangat mencintainya serta sangat menginginkan tubuhnya lalu suatu saat perempuan tersebut terkena krisis ekonomi dan membutuhkan pinjaman uang lalu diberikanlah uang dengan syarat menyerahkan tubuhnya, tatkala laki-laki tersebut hampir menzinainya dan perempuan tersebut mengatakan takutlah engkau kepada Allah kemudian laki-laki tersebut sadar dan berhenti tidak jadi melakukan zina lalu dia berdoa seandainya amalanku ini diterima Allah bukakanlah batu itu maka terbukalah namun juga belum sempurna.
Lalu laki-laki yang ketiga, dia punya karyawan kemudian menghilang dan lam tidak kembali. Gaji karyawannya tidak diambil dan gaji tersebut dikembangkan menjadi hewan ternak yang banyak dan suatu saat karyawannya kembali dan kemudian dikembalikan gaji yang telah menjadi hewan ternak yang banyak bahkan tidak percaya merasa dipermainkan kalau itu semua adalah harta miliknya lalu dikatakan kepadanya bahwa ini semua adalah harta milikmu maka dibawalah semua harta tersebut tanpa ada sedikitpun yang ditinggalkan maka orang tersebut berdoa dengan mengatakan seandainya amalanku ini (yaitu menyerahkan gaji karyawan yang telah berkembang banyak) diterima oleh Allah maka bukakanlah batu yang menutup gua ini maka terbukalah dengan sempurna dan akhirnya tiga laki-laki tersebut selamat.
Tawasul dengan orang soleh yang masih hidup, boleh kita meminta didoakan sesekali dan tidak dijadikan sebagai kebiasaan. Karena para salaf tidak pernah menjadikan kebiasaan melakukan hal tersebut.
Para ulama memakruhkan kalau sebagai kebiasaan.
No comments:
Post a Comment