Tingkatan Tazkiyatun Nafsi

Tingakatan Pertama, Tazkiyatun nafsi bifi'lil masyruu'i. Yaitu hendaknya seorang muslim memperhatikan keimanan dan sebab-sebab yang dapat menambah keimanannya serta memperhatikan sebab-sebab yang dapat mengurangi keimanannya.

Telah diketahui bahwa keimanan erat hubungannya dengan keyakinan, ucapan dan perbuatan.

Tazkiyah yang berhubungan dengan keyakinan yaitu merealisasikan amalan hati seperti mahabah (cinta), khauf (takut), rodja (harap), tawakal (bersandar) dan ikhlas kepada Allah azza wa jalla. Begitu juga meliputi rasa pengangungan kepada Allah azza wa jalla dan syariat-Nya yang meliputi mahabatuddin (cinta agama Allah), cinta kepada pemeluknya, serta setiap apa saja yang dapat membersihkan hati dan memperbaiki keadaannya.

Oleh sebab itulah Nabi shollallahu alaihi wa sallam bertutur dalam hadist Nu'man bin Basyir radiyallahu anhu:
ألا إن في الجسد مضغة؛ إذا صلحت صلح الجسد كله، وإذا فسدت فسد الجسد كله، ألا وهي القلب
"Ketahuilah sesungguhnya dalam tubuh itu ada segumpal daging; jika baik maka seluruh anggota tubuhnya baik dan jika rusak maka seluruh anggota tubuhnya juga ikut rusak" (HR Bukhari no.52 dan HR Muslim no.1599).

Tazkiyatun nafsi yang paling agung yaitu keadaan mukminin istiqomah (konsisten) di atas syariat Allah dengan mewujudkan amalan-amalan hati yang diridhoi Allah azza wa jalla.

Tazkiyah yang berkaitan dengan perbuatan yaitu melakukan ketaatan kepada Allah dengan amal jawarih (anggota tubuh) seperti sholat, zakat, puasa, haji, amar ma'ruf nahi munkar dengan fisik. Maka jiwa akan disucikan dengan cara melakukan berbagai jenis ibadah fisik.

Tazkiyatun nafsi dengan ucapan yaitu membaca Alqur'an, mengucapkan zikir kepada Allah dan amar ma'ruf nahi munkar dengan lisan.

Tazkiyatun nafsi bi fi'lil masyruu'i mencakup dua  bagian. Bagian pertama yaitu melakukan perkara wajib. Seorang hamba mempraktekan yang wajib sebagai buah keimanannya, maka ia pantas sebagai penghuni surga dengan sebab ia mengamalkan apa yang telah Allah wajibkan atasnya dan menjauhi larangan-Nya. Bagian kedua yaitu mengerjakan amalan mustahab (anjuran). Seorang hamba dengan sebab buah keimanannya mampu mengamalkan perbuatan yang mustahab (dianjurkan) sehingga ia berada pada derazat yang tinggi karena ia mengamalkan yang mustahab setelah yang wajib.

Kesempurnaan dalam mempraktekan yang wajib dengan cara mengamalkan seluruh kewajiab dan meninggalkan seluruh keharaman. Demikian juga kesempurnaan dalam mengamalkan yang mustahab setelah mengerjakan yang wajib. Kelompok yang sempurna mengamalkan yang wajib maka termasuk orang-orang yang berbuat baik dan  golongan kanan.

Kelompok yang sempurna mempraktekan yang mustahab maka termasuk golongan yang akan lebih dahulu dekat dengan Allah azza wa jalla.

Tingkatan kedua, tazkiyatun nafsi bitarkil mahdzur. Yaitu dengan cara meninggalkan larangan. Tingkatan ini terealisasi dengan menjauhi segala keharaman dan semua maksiat. Yaitu menjauhi setiap yang dilarang Allah azza wa jalla berupa keharaman dan maksiat, termasuk dosa besar dan dosa kecil. Jenis tingkatan kedua ini populer dikalangan para ulama dinamakan dengan "at takhliyyah" (التخلية). Takhliyyah yaitu seorang hamba membebaskan dirinya dari dosa dan maksiat.

Adapun jenis tazkiyatun nafsi tingkatan pertama disebut attahliyah (التحلية). Artinya seorang hamba menghiasi dirinya dengan melakukan berbagai macam ketaatan kepada Allah azza wa jalla. Sehingga dengan gabungan dua tingkatan tazkiyah tersebut maka terkumpul kebaikan dari dua sisi.

Kita memohon kepada Allah azza wa jalla karunia, kedermawanan-Nya agar memberikah taufik kepada kita dan kaum muslimin.

Referensi:
Tazkiyyatun nafs. Syaikh Prof. Dr. Ibrahim Ar ruhaili. Hal 11-15


Pontianak, Ahad 24 Dzul hijjah 1440/ 25 Agustus 2019

Akhukum.. Abu Aisyah Dodi Iskandar

No comments:

Post a Comment