Sombongnya orang munafik

Betapa banyaknya Allah membongkar sikap jahat orang-orang munafik. Dan diantara hikmahnya, supaya kaum muslimin mewaspadai perilaku kejahatan mereka.

Dan diantara kejelekan sifat mereka adalah tidak mau menerima nasihat karena kesombongannya.

Dan bahkan mereka begitu congkaknya saat menolak nasehat itu.



وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا يَسْتَغْفِرْ لَكُمْ رَسُولُ الَّهِ لَوَّوْا رُءُوسَهُمْ وَرَأَيْتَهُمْ يَصُدُّونَ وَهُمْ مُسْتَكْبِرُونَ

Dan apabila dikatakan kepada mereka: Marilah (beriman), agar Rasulullah memintakan ampunan bagimu, mereka membuang muka mereka dan kamu lihat mereka berpaling sedang mereka menyombongkan diri. "(Al-Munafiqun: 5)



Berkata Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar,

Ketika dikatakan kepada orang-orang munafik: “Marilah beriman kalian, maka Rasulullah akan memintakan ampun untuk kalian dari apa yang kalian lakukan berupa dosa! Kemudian mereka memalingkan wajah mereka dari pembicaraan dengan sombong. Kamu akan mendapati mereka menolak apa yang kamu bicarakan dan kamu serukan kepada mereka yaitu permohonan ampun (darimu). Mereka adalah orang-orang yang enggan bertaubat.

Ibnu Jarir dari Qatadah berkata: “Dikatakan kepada Abdullah anak ayahku: “Jika datang kepadamu Nabi صلى الله عليه وسلم, maka beliau akan memintakan ampun untukmu”,

kemudian dia memalingkan kepalanya, lalu turunlah ayat ini pada ketika itu juga”

(Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir, Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar)



Berkata Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili,

Jika dikatakan kepada mereka orang-orang munafik : Kemarilah kalian menuju kepada Rasul-Nya ﷺ, semoga kalian diampuni, dan agar Allah memperbaiki hati-hati kalian dan mensucikan kalian; Dan tidaklah mereka orang-orang munafik kecuali hanya tengak-tengok ke kanan dan ke kiri untuk mengejek dan sombong; Bahkan engkau akan melihat wahai Nabi Allah, mereka menolak dari nasihat kepada mereka dengan kesombongan mereka dan kecongkaan mereka.

(Tafsir Al-Wajiz, Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili)



Berkata Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di,

Terhadap hal yang terjadi padamu agar keadaanmu menjadi baik dan amalmu diterima.

Mereka (orang-orang munafik) menolak meminta doa kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

Dari kebenaran mereka juga menolak sambil membencinya.

Inilah keadaan mereka ketika diajak meminta doa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dan hal ini termasuk kelembutan Allah dan karamah(kemuliaan)-Nya kepada Rasul-Nya yaitu mereka (kaum munafik) tidak mau datang kepada Beliau agar Beliau memintakan ampunan untuk mereka, dan sama saja bagi mereka baik Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memintakan ampunan untuk mereka atau tidak, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala tidak akan mengampuni mereka karena mereka adalah orang-orang yang fasik; yang keluar dari ketaatan kepada Allah dan mengutamakan kekafiran daripada keimanan.

Oleh karena itu, istighfar dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidaklah bermanfaat bagi mereka meskipun melakukan istighfar untuk mereka sebanyak tujuh puluh kali (lihat At Taubah: 80).



Allah menceritakan perihal orang-orang munafik —semoga laknat Allah tertimpakan kepada mereka— bahwa mereka itu:

{وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا يَسْتَغْفِرْ لَكُمْ رَسُولُ اللَّهِ لَوَّوْا رُءُوسَهُمْ}

apabila dikatakan kepada mereka, "Marilah (beriman), agar Rasulullah memintakan ampunan bagimu, " mereka membuang muka mereka. (Al-Munafiqun: 5)

Yakni mereka menghalang-halangi dan berpaling dari apa yang dikatakan kepada mereka dengan perasaan sombong dan menghina. Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya:

{وَرَأَيْتَهُمْ يَصُدُّونَ وَهُمْ مُسْتَكْبِرُونَ}

dan kamu lihat mereka berpaling, sedangkan mereka menyombong­kan diri. (Al-Munafiqun: 5)

Kemudian mereka diberi pembalasan atas sikapnya itu.

Maka Allah berfirman:

{سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَسْتَغْفَرْتَ لَهُمْ أَمْ لَمْ تَسْتَغْفِرْ لَهُمْ لَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ}

Sama saja bagi mereka, kamu mintakan ampunan atau tidak kamu mintakan ampunan bagi mereka, Allah tidak akan mengampuni mereka; sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (Al-Munafiqun: 6)

Sama halnya dengan apa yang disebutkan di dalam surat At-Taubah yang telah diterangkan jauh sebelum ini dan juga telah disebutkan pula padanya hadis-hadis yang diriwayatkan mengenainya.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Umar Al-Adani yang mengatakan bahwa Sufyan telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: mereka membuang muka mereka. (Al-Munafiqun: 5)

Ibnu Abu Umar mengatakan bahwa Sufyan memalingkan mukanya ke arah kanan seraya melirikkan pandangan matanya dengan pandangan yang sinis, lalu berkata bahwa seperti inilah sikap mereka.

Telah disebutkan dari bukan hanya seorang dari kalangan ulama Salaf, bahwa konteks semua ayat ini diturunkan berkenaan dengan Abdullah ibnu Ubay ibnu Salul, seperti yang akan kami terangkan berikut ini.

Muhammad ibnu Ishaq telah mengatakan di dalam kitab As-Sirah-nya, bahwa ketika Rasulullah صلى الله عليه وسلم tiba di Madinah sekembalinya dari Perang Uhud. Sedangkan Abdullah ibnu Ubay ibnu Salul, menurut keterangan yang kuperoleh dari Ibnu Syihab Az-Zuhri, merupakan seorang yang mempunyai kedudukan di kalangan kaumnya. Setiap orang mengakui kedudukannya yang terhormat; dia dihormati di kalangan kaumnya. Apabila Nabi duduk dalam khotbahnya di hari Jumat, maka Abdullah ibnu Ubay ibnu Salul berdiri, lalu mengatakan, "Hai manusia, ini adalah utusan Allah berada di antara kalian, Allah telah memuliakan kalian dengan melaluinya dan menjadikan kalian berjaya karenanya. Untuk itu maka tolonglah dia, dukunglah dia, dan tunduk patuhlah kalian kepadanya." Setelah itu ia duduk kembali.

Ketika dia melakukan apa yang dilakukannya dalam Perang Uhud, yakni dia kembali ke Madinah dengan sepertiga pasukan, lalu pasukan kaum muslim kembali, maka berdirilah ia dan melakukan kebiasaan yang sebelumnya. Maka kaum muslim memegangi bajunya dari semua sisinya, dan mereka mengatakan, "Duduklah, hai musuh Allah, kamu tidak pantas melakukan hal ini setelah apa yang engkau lakukan dalam Perang Uhud." Lalu ia keluar dengan melangkahi leher banyak orang seraya berkata, "Demi Allah, seakan-akan aku mengatakan ucapan yang tidak pantas, padahal aku berdiri untuk memperkuat urusannya."

Di dekat pintu masjid ia bersua dengan sejumlah orang Ansar. Mereka mengatakan, "Celakalah kamu, mengapa kamu ini?"

Abdullah ibnu Ubay ibnu Salul menjawab, "Aku berdiri untuk mendukung urusannya, lalu sejumlah orang dari sahabatnya menarikku dan bersikap kasar terhadapku, seakan-akan aku mengatakan hal yang tidak pantas, padahal sebenarnya aku bermaksud untuk mendukungnya."

Mereka berkata, "Celakalah kamu ini, sekarang kembalilah kamu kepada Rasulullah, beliau akan memohonkan ampunan bagimu."

Ibnu Salul menjawab, "Demi Allah, aku tidak ingin dia memohonkan ampunan bagiku."

(Tafsir Ibnu Katsir)



Karena itu Alloh menghukum mereka dengan tidak diampuninya dosa mereka.

Dan mereka tidak akan mendapatkan petunjuk dari Alloh disebabkan kesombongannya itu.



سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَسْتَغْفَرْتَ لَهُمْ أَمْ لَمْ تَسْتَغْفِرْ لَهُمْ لَنْ يَغْفِرَ الَّهُ لَهُمْ ۚإِنَّ الَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ

Sama saja bagi mereka, kamu mintakan ampunan atau tidak kamu mintakan ampunan bagi mereka, Allah tidak akan mengampuni mereka; sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.



An-Nawawi berkata, “Hadist yang berisi larangan dari sifat sombong yaitu menyombongkan diri kepada manusia, merendahkan mereka, serta menolak kebenaran” (Syarah Shahih Muslim Imam Nawawi, II/163, cet. Daar Ibnu Haitsam)



Semoga bermanfaat



Abu Yusuf Masruhin Sahal, Lc

No comments:

Post a Comment