Renungan Khutbah Gerhana Nabi

Abu Ubaidah Yusuf As Sidawi

Peristiwa gerhana adalah peristiwa dahsyat, penuh ibroh dan pelajaran bagi hamba. 

Kalau gerhana Matahari pernah terjadi hanya sekali pada zaman Nabi, yaitu hari Senin 29 Syawwal tahun 10 Hijriyyah/bertepatan dg 27 Januari 632 Masehi, pukul 08.30 pagi.

Namun sseekarang pada zaman ini begitu sering kita dapati peristiwa gerhana matahari dan bulan.  



Pertanyaanya,  sudahkah kita mengambil pelajaran dari peristiwa tersebut?! Ataukah hati kita sudah membeku seperti batu?!



Saat terjadi gerhana pada zaman Nabi,  beliau sangat panik menyangka kiamat telah tiba,  lalu beliau menghasung kepada para sahabat agar berkumpul di masjid guna menunaikan sholat gerhana secara berjamaah pria dan wanita dg bacaan keras dan panjang sebanyak 2 rakaat dg 4 kali rukuk dan 4 kali sujud.



Usai menunaikan sholat,  Nabi menyampaikan khutbah singkat tapi sarat akan nilai-nilai agama yang sangat penting untuk kita renungkan bersama:



«إن الشمس والقمر آيتان من آيات الله يخوف الله بهما عباده، وإنهما لا ينكسفان لموت أحد من الناس، فإذا رأيتم منها شيئاً فصلوا وادعوا الله حتى يكشف ما بكم»

وفي حديث آخر عند البخاري: «هذه الآيات التي يرسلها الله لا تكون لموت أحد ولا لحياته، ولكن يخوف الله بها عباده، فإذا رأيتم شيئاً من ذلك فافزعوا إلى ذكر الله تعالى ودعائه واستغفاره»

وفي حديث آخر: «فافزعوا إلى الصلاة»

وفي حديث آخر: «فادعوا الله وكبروا وصلوا وتصدقوا»



"Sesungguhnya matahari dan bulan adalah tanda dari tanda2 kekuasaan Allah untuk menakuti hambaNya. Tidaklah terjadi gerhana matahari dan bulan karena hidup atau matinya seorang. 

Jika kalian melihat gerhana maka segeralah berdzikir kepada Allah,  berdoa dan istighfar kepadaNya. (Bukhari Muslim) 

Dalam hadits yg lain "Segeralah shalat"

Dalam hadita yg lain " Berdoalah kpd Allah,  bertakbirlah,  shalatlah dan sedekahlah".



Dalam khutbah Nabi ini ada beberapa pelajaran dan renungan:



1. Matahari & Bulan Adalah Tanda Kebesaran Allah



Matahari dan bulan merupakan makhluk Allah yg agung, yg menunjukkan kebesaran Sang Pencipta. 



وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ ۚ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ



"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah sembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah Yang menciptakannya, Jika Ialah yang kamu hendak sembah".

(QS. Fushilat: 37). 



Allah bersumpah dalam Al Qur'an (QS.  Asy-Syamsu: 1-2) dg matahari dan bulan,  karena memang Allah boleh bersumpah dg makhluk,  berbeda dg makhluk tidak boleh bersumpah kecuali dg Allah. 

Para ulama mengatakan apabila Allah bersumpah dg sesuatu maka itu menunjukkan kemuliaan dan keagungan sesuatu tersebut.

Tanda-tanda kekuasaan menunjukkan keagungan dan kebesaran Allah,  sehingga mengingatkan kepada kita untuk beribadah hanya kepada Allah saja dan tidak menyekutukanNya. 



2. Menumbangkan Keyakinan Jahiliyyah



Gerhana matahari atau bulan tidak ada kaitannya dg mati atau lahirnya manusia. 

Ini adalah keyakinan jahiliyyah yg dibatalkan Nabi Muhammad yg datang membawa cahaya serta menghapus kegelapan perangai jahiliyyah yg masih bercokol hingga sekarang seperti pengkultusan kuburan, ramalan bintang dan kiamat, perpecahan, merasa sial dg angka 13 atau bulan syuro dll.



Kita dimuliakan dg Islam, jika ingin meraih kejayaan maka kembalilah kpd Islam bukan kembali kpd jahiliyyah. Cukuplah bagi kita dengan ajaran Nabi kita Muhammad yg berisi kebaikan dan kebahagiaan dunia dan akherat. 



3. Gerhana Adalah Teguran Allah kepada HambaNya



Tujuan inti adanya gerhana adalah sebagai peringatan bagi hamba agar mereka taubat dari dosa, semangat mengumpulkan bekal akherat, tidak tertipu dg fatamorgana dunia, dan selalu ingat akan hari akhir.



وما نُرْسِلُ بِالْآيَاتِ إِلَّا تَخْوِيفًا



"Dan Kami tidak memberi tanda-tanda itu melainkan untuk menakuti.

(QS. Al Isra': 59)



Maka termasuk kesalahan jika gerhana malah disambut dg penuh canda dan tertawa, selfie, apalagi dg ngadain konser bersama artis ibu kota !! Sudah begitu keraskah hati kita?!



Jangan anggap peristiwa gerhana hanya sekedar fenomena alam dan peristiwa biasa yg datang dan berlalu begitu saja tanpa membuahkan perubahan pada diri kita.



4. Mari Kembali Kepada Allah



Nabi menganjurkan kita untuk menghadapi peringatan Allah ini dengan 8 amalan:

- Sholat

- Doa 

- Istighfar

- Takbir

- Shodaqoh

- Membebaskan Budak

- Dzikir

- Berlindung dari adzab kubur



Ini pelajaran penting bagi kita bahwa ketika Allah menurunkan teguran kpd kita baik berupa tsunami, banjir, tanah longsor, meletusnya gunung, krisis ekonomi dll, maka solusinya adalah dengan kembali kpd Allah, memperbaiki kwalitas iman dan ibadah kita, bukan menyalahkan makhluk Allah seperti gunung, api, laut, udara dll, krn mereka tidak berdosa, yg berdosa adalah kita manusia.



Kalau ketika terjadi perubahan alam seperti gerhana, Nabi merubah model sholatnya, maka itu artinya kita harus merubah keadaan kita saat gerhana dg bnyk ibadah.



Namun,  yang sangat dikhawatirkan adalah jika gerhana itu menimpa hari kita. 

Kita mungkin sudah pernah mendengar dan melihat tentang gerhana bulan,  tapi apakah anda sudah mendengar tentang gerhana hati?! 



قال الإمام ابن القيم -رحمه الله:



" متى رأيتَ القلبَ قد ترَحَّلَ عنه حُبّ الله والاستعداد للقائه ، وحلَّ فيه حُبُّ المخلوق والرضا بالحياة الدنيا ، والطمأنينة بها ؛ فاعلم أنه قد خُسف به ! ". بدائع الفوائد  ٣ / ٢٢٤ )



Ibnul Qoyyim mengatakan: "Kapan saja engkau dapati hatimu telah kehilangan cinta kepada Allah dan persiapan untuk bertemu dengan Allah,  namun yang menetap dalam hatimu adalah cinta kepada makhluk serta cinta dunia,  maka ketahuilah bahwasanya telah terjadi gerhana dalam hatimu". (Bada'iul Fawaid 3/224)



Intinya,  peristiwa gerhana ini mari kita jadikan momentum untuk kembali kepada Allah,  ingat akherat,  ingat ibadah dan amal shalih sebagai bekal bertemu Allah. 

Jangan lelap lalai dg fatamorgana dunia. Saatnya kita berlari menuju Allah. 



Semoga Allah mengampuni dosa2 kita. 

Semoga Allah melembutkan hati kita. 

Semoga Allah menyadarkan kita. 

Semoga Allah menjaga kita dari bencana. 

Semoga Allah melindungi negeri kita. 





(Intisari khutbah gerhana bulan yg disampaikan penulis pagi ini Rabu 17 Juli 2019 di Masjid Al Ikhlas,  Surabaya)

No comments:

Post a Comment