Waktu-Waktu Dilarang Melakukan Sholat Sunnah (Nafilah) dan Hikmahnya



Waktu yang dilarang melakukan sholat sunnah (sholat sunnah mutlak) ada tiga yaitu:

Pertama
Setelah sholat Shubuh sampai meningginya matahari. Dalil-dalilnya di antaranya:

لاصلاة بعد صلاة الفجر حتى تطلع الشمس

"Tidak ada sholat sunnah setelah sholat subuh sampai matahari terbit." (HR Bukhari No. 587, Muslim No.827)

Hadist Amru bin Abasah:

صل صلاة الصبح، ثم أقصر عن الصلاة حتى تطلع الشمس حتى ترتفع

"Lakukan sholat Shubuh, kemudian tahanlah dari melakukan sholat sampai matahari terbit dan meninggi." (HR Muslim no 832)

Para ulama menyatakan bahwa batas meningginya matahari yaitu seukuran satu meter (satu tombak) dan kira-kira 15-20 menit setelah terbit dari arah timur.

Kedua
Saat matahari tepat di atas langit, jika benda berdiri tegak tidak ada bayangannya. Waktu larangan telah habis saat matahari bergeser ke arah barat atau saat mulai masuk waktu sholat dzuhur. Dalilnya yaitu hadist Uqbah bin Aamir:

ثلاث ساعت كان النبي صلى الله عليه وسلم ينهانا أن نصلي فيهن وأن نقبر فيهن موتانا:حين تطلع الشمس بازغة حتى ترتفع، وحين يقوم قائم الظهيرة حتى تزول، وحين تتضيف للغروب حتى تغرب

"Nabi sholallahu alaihi wasallam melarang kita melakukan sholat sunnah dan menguburkan mayat pada tiga waktu yaitu saat matahari sedang terbit dengan jelas sampai meninggi (seukuran satu meter), saat benda berdiri tegak tanpa bayangan sampai matahari begeser ke barat, dan saat matahari sedang tenggelam sampai terbenam di arah barat." (HR Muslim no 831)

Ketiga
Setelah sholat asar sampai matahari terbenam. Dalilnya yaitu:

لاصلاة بعد الفجر حتى تطلع الشمس، ولاصلاة بعد صلاة العصر حتى تغيب الشمس

"Tidak ada sholat setelah sholat Shubuh sampai matahari terbit dan tidak ada sholat setelah sholat Ashar sampai matahari terbenam." (HR Bukhari no. 586, Muslim no.827)

Hikmahnya
Tiga waktu yang dilarang tersebut mengandung hikmah di antaranya:

Pertama
Nabi melarang hal tersebut karena terdapat praktek penyerupaan dengan orang-orang kafir. Disebutkan dalam hadist Amru bin A'basah:

فإنها اي الشمس-تطلع حين تطلع بين قرني شيطان، وحينئذ يسجد لها الكفار...فإنها تغرب حين تغرب بين قرني شيطان وحينئذ يسجد لها الكفار

"Maka sungguh matahari saat terbit adalah saat dua tanduk setan keluar dan pada waktu ini orang-orang kafir sedang sujud kepadanya, demikian juga saat matahari terbenam saat dua tanduk setan keluar dan pada waktu ini orang-orang kafir bersujud kepadanya." (Sahih Muslim no.832)

Kedua
Sebab Nabi melarang sholat sunnah saat matahari di tengah langit (tidak ada bayangan) karena beliau bersabda:
فإن حينئذ تسجر جهنم

"Maka sesungguhnya pada waktu itu (matahari di tengah dan tidak ada bayangan) saat dinyalakan neraka jahanam." (Sahih Muslim no.832)

Tiga waktu yang dilarang tersebut khususnya untuk sholat sunnah mutlak.

Adapun jika terdapat dalil yang mengecualikannya maka boleh melakukan sholat di tiga waktu terlarang tersebut. Contohnya sholat sunnah thowaf karena Nabi pernah bersabda:

بابني عبدمناف لاتمنعوا أحدا طاف بهذا البيت وصلى فيه، أية ساعة شاء، من ليل أو نهار

"Wahai keturunan Abdi Manaf janganlah kalian melarang seseorang untuk thowaf di Ka'bah ini dan sholat di tempat tersebut dan kapan saja ia akan melakukannya malam atau siang." (Sohih Ibnu Majah no. 1036)

Contoh lain yaitu mengganti sholat Sunnah Rowatib sebelum Shubuh dilakukan setelah sholat Shubuh, mengganti sholat Rowatib Dzuhur setelah Ashar terutama saat menjamak Dzuhur dan Ashar.

Demikian juga sholat-sholat yang memiliki sebab tertentu misalnya sholat jenazah (karena sunnahnya disegerakan untuk mempercepat penguburan mayat), sholat Tahiyatul Masjid, Sholat Gerhana, dan sholat pengganti sholat wajib karena ada halangan berdasarkan keumuman hadist:

من نام عن صلاة أو نسيها فليصلها إذا ذكرها

"Siapa saja yang tidur (sampai melewati batas waktu sholat) dan lupa maka sholatlah ketika ia sudah ingat." (HR Muslim no.684)

Jadi sholat-sholat yang memiliki sebab khusus boleh dikerjakan meskipun di waktu terlarang.

Referensi:
Fikih Muyassar Fii Daui Kitabi Wasunnah. Tim Ulama Kerajaan Saudi Arabia Hal 67-68.

Pontianak, Senin 27 Syawal 1440/ 1 Juli 2019
Abu Aisyah Dodi Iskandar

No comments:

Post a Comment