Tips dari Rasul Untuk Mendapatkan Keturunan Soleh

Diantara perkara yang paling penting dari kewajiban-kewajiban dan amanah yang besar bagi setiap individu dalam kehidupannya yaitu memperhatikan anak-anak dalam hal pendidikan, akhlak, nasihat dan pengarahan.

Sesungguhnya anak-anak adalah amanah yang telah Allah perintahkan untuk dijaga secara serius, oleh karenanya Allah menyebutkan sifat-sifat kaum mukminin sebagai orang yang amanah:
وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُون
"Dan orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang menunaikan amanah dan janji-janjinya." (Al-Ma'arij:32).

Dan juga Alla Ta'ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَخُونُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
"Wahai orang-orang yang beriman janganlah kalian menghianati Allah dan Rasul-Nya serta janganlah menghianati amanah-amanah kalian sedangkan kalian mengetahuinya." (Al-Anfal:27).

Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah mengkaruniai kepada para orang tua nikmat yang sangat besar sebagaimana dalam ayat-Nya:
لِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ يَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ إِنَاثاً وَيَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ الذُّكُورَ
"Hanyalah milik Allah kerajaan langit dan bumi. Dia mampu menciptakan apa saja yang dikehendaki. Mengkaruniakan kepada siapa saja yang dikehendaki keturunan berupa anak perempuan dan anak laki-laki." (As-Syuro:49).

Sungguh Allah telah memberikan amanah kepada para orang tua, menetapkan hak-hak dan kewajibannya serta menjadikan keturunan sebagai ujian bagi mereka. Jika para orang tua menunaikan amanahnya dengan baik dengan mengarahkan anak-anaknya sesuai dengan yang Allah Subhanahu Wa Ta'ala perintahkan maka mereka layak mendapatkan pahala dan balasan yang sangat besar.

Namun jika mengabaikannya maka sungguh mereka telah menukar diri-diri mereka dengan hukuman sesuai dengan kadar kesalahannya. Allah Ta'ala mengatakan:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
"Wahai orang-orang yang beriman peliharalah diri-diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, di dalamnya terdapat para malaikat yang kasar dankeras"(At-Tahrim:6).

Ini adalah ayat yang menjadi landasan yang sangat kuat wajibnya mengawasi dan mendidik anak-anak serta memperhatikan keadaan mereka.

Khalifah Ar rosid Ali bin Abi Thalib radiyallahuanhu menjelaskan makna ayat tersebut yaitu dengan ungkapan:
علموهم و أدبوهم
"Ajarkan mereka ilmu dan didiklah akhlak mereka." (Jaamiul bayan fii takwilil qur'an lithobari:103/23).

Mengajarkan tauhid untuk agar bisa beribadah dengan ikhlas dan mengajarkan syirik agar bisa menjauhinya. Mengajarkan sunnah nabi agar bisa mengamalkannya dan mengetahui bid'ah dan maksiat agar bisa menjauhinya. Mendidik mereka tentang akhlak, akhlak kepada Allah dan Rasul-Nya serta manusia lainnya. Demikian juga Nabi sholawatullah 'alaihi wasalamuhu menegaskan perkara ini dan menjelaskan kewajiban bagi setiap orang tua.

Beliau bersabda:
"كلكم راع وكلكم مسؤول عن رعيته؛ الإمام راع وهو مسؤول عن رعيته، والرجل راع في اهله وهو مسؤول عن رعيته، والمرأة راعية في بيت زوجها وهي مسؤولة عن رعيتها، والخادم راع في مال سيده وهو مسؤول عن رعيته، ألا كلكم راع وكلكم مسؤول عن رعيته
"Setiap kalian pemimpin, setiap kalian akan ditanya tentang yang dipimpinnya, Imam itu adalah pemimpin dan dia akan ditanya tentang yang dipimpinnya, seorang kepala keluarga adalah pemimpin dan akan ditanya tentang keadaan keluarganya, setiap istri adalah pemimpin di rumah suaminya dan akan ditanya tentang amanahnya, dan seorang pembantu yang menjaga harta majikannya akan dimintai pertanggungjawabannya, ketahuilah setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawabannya." (Sahih Bukhari:5188, Sahih Muslim:1829).

Penjelasan kata (مسؤول) yaitu orang yang akan ditanya oleh Allah. Allah akan memanggil setiap hamba dan menanyakan tentang amanahnya saat hamba tersebut berdiri dihadapan Rab-Nya di hari kiamatan nanti.

Bahkan sebagian ahli ilmu mengatakan bahwa Allah akan menanyakan orang tua terlebih dahulu tentang tanggung jawab kepada anaknya sebelum menanyakan kepada setiap anak tentang tanggung jawabnya kepada orang tua. Maka Allah akan bertanya kepada ayah tentang hak anaknya dan kemudian sebaliknya Allah akan menanyakan setiap anak mengenai hak ayahnya (Tuhfatul maududi bi ahkami mauludi li ibnil qoyyim:229).

Ibnu Umar radiyallohuanhuma menuturkan:
أدب ابنك فإنك مسؤول عن ولدك؛ ماذاأدبته، وماذا علمته، وإنه مسؤول عن برك وطواعيتك
"Ajari anakmu akhlak maka pasti engkau akan dimintai tanggung jawab terhadap anakmu, bagaimana engkau mengajari akhlak dan bagaimana engkau mengajarkan ilmu, dan sesungguhnya anak itu akan dimintai tanggung jawabnya tentang baktinya dan ketaatannya kepadamu." (Assunanul Kubro Lil Baihaqi: 5301).

Maka Allah sebagaimana telah mewasiatkan kepada setiap anak untuk berbakti dan mewajibkan untuk berbuat baik kepada kedua orang tuanya:
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَاناً
"Dan kami telah mewasiatkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada kedua orang tuanya." (Al Ahqaaf:15).

Demikian juga, sungguh Allah telah mewasiatian kepada para orang tua untuk menunaikan kewajiban mendidik dan mengajarkan akhlak kepada anaknya:
يُوصِيكُمُ اللَّهُ فِي أَوْلَادِكُمْ
"Allah mewasiatkan kalian untuk memperhatikan anak-anak kalian." (An-Nisa:11).

Sungguh Nabi kita al kariim sholawatullah 'alaihi wa salamuhu bahwa orang tua memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap anak-anaknya dalam urusan aqidah dan agama terutama akhlak dan perilaku.

Beliau shollallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
كلكم مولود يولد على الفطرة، فأبواه يهودانه، أوينصرانه، أويمجسانه، كمثل البهيمة تنتج البهيمة، هل ترى فيهاجدعاء؟
"Setiap anak yang dilahirkan itu di atas fitrah (Islam), kedua orang tuanya lah yang menjadikan yahudi, nasrani, atau majusi, perumpamaan hewan yang memelihara anak hewan, apakah ada cacat padanya?" (Sahih Bukhari no. 5188, Sahih Muslim no. 1829).

Ini permisalan yang gamblang dan mudah untuk dipahami. Binatang dengan insting kebiasaan dan melihat langsung contoh dari induk sebelumnya dapat merawat anak-anaknya selamat dari cedera dan yang membahayakan.

Seekor kuda tidak ada yang tega menginjakkan kakinya ke tubuh anaknya yang masih lemah.

Harimau tidak ada yang menerkam dan memakan anaknya sendiri, dan bahkan melindunginya dari bahaya. Tidak ada hewan ternak yang melakukan aborsi atau membuang anaknya ke sungai atau ke tempat sampah. Anak-anak hewan ternak tidak ada yang mengalami luka terpotong atau cedera pada tangan, telinga atau kakinya. Cedera tersebut dapat terjadi karena ulah pemilik atau pengembala. Bisa karena kelalaian atau tindakan yang berdampak langsung seperti disiksa atau dipukul.

Demikian juga setiap anak yang lahir pada asalnya bebas dari cacat, ia berada diatas fitrah (Islam). Maka tatkala ia mendapatkan pelajaran yang buruk seperti dusta, tipu muslihat, kefasikan, dan penyimpangan atau perilaku lainnya yang termasuk kemungkaran, maka anak tersebut telah keluar dari fitrahnya. Sebabnya banyak, kemungkinan karena mendapatkan pendidikan yang buruk, atau karena diterlantarkan, atau pengaruh eksternal.

Misalnya pengaruh buruk dari teman-temannya yang jahat atau teman dekatnya yang akhlaknya tidak baik.

Karena pentingnya amanah yang berat ini, maka perlu dibahas beberapa tips sebagai bekal yang sangat mendasar yang harus diperhatikan bagi para calon orang tua untuk mewujudkan cita-cita luhur dan tujuan mulia. Secara global tips-tips tersebut yaitu:

(a) memilih calon ibu yang salihah bagi anak keturunannya, (b) do'a untuk kebaikan anak-anak, (c) memilihkan nama-nama yang baik, (d) bersikap adil kepada anak-anak, (e) lembut dan kasih sayang,
(f) tidak berhenti memberikan nasihat dan pengarahan,
(g) menempatkan anak-anak di lingkungan soleh, dan (h) memberikan tauladan yang baik kepada anak-anak (bersambung InsyaAllah).


Referensi:

Rakaaiz fi tarbiyatil abnaa'i. Syaikh Prof. Dr. Abdurrazak bin Abdul Muhsin Al Abbad Al Badr. hal 3-7.

Pontianak, Selasa 7 Syawal.1440/ 11 Juni 2019 menjelang Ashar

Abu Aisyah Dodi Iskandar

No comments:

Post a Comment