Motivasi Mempelajari Tiga Landasan

Mengenal Allah, mengenal nabi-Nya dan mengetahui agama Islam dengan dalil adalah tiga pertanyaan yang akan diajukan oleh malaikat di alam kubur. Sebagaimana diberitakan dalam hadist Al Barra bin Azib radiyallahu anhu secara marfu:
فيأتيه -أي المؤمن-ملكان فيجلسانه فيقولان له: من ربك؟فيقول:ربي الله،فيقولان له:وما دينك؟فيقول:ديني الإسلام،فيقولان:ماهذا الرجل الذي بعث فيكم؟فيقول:هو رسول الله صلى الله عليه وسلم
"Akan datang dua malaikat kepada seorang mukmin dan mendudukannya, kemudian mereka berdua bertanya: siapa tuhanmu? ia akan menjawab: tuhanku Allah, mereka bertanya: apa agamamu? ia akan menjawab: agamaku Islam, lalu mereka bertanya lagi: siapa laki-laki ini yang diutus kepadamu? ia akan menjawab: dia Rasulullah shollallahu alaihi wasallam" (Al Musnad no.18557).

Orang yang telah mengetahui tiga pertanyaan tersebut berpeluang besar dapat menjawab pertanyaan dua malaikat jika diamalkan. Sebaliknya orang yang jahil terhadap tiga landasan tadi maka tidak dapat menjawabnya. Terdapat dalam hadist sohih disebutkan bahwa sebagian manusia ada yang menjawab:
هاه،هاه،لا أدري
"Ha, ha, saya tidak tahu" (Al Musnad no. 18557).

Dan jika seseorang itu awam namun ia meyakini keesaaan Allah,  meyakini sesembahan selain Allah sebagai kebatilan, meskipun ia tidak mengetahui dalilnya maka ia tetap muslim. Syaikh Abdullah bin Abdirrahman Aba Bathin rahimahullah mengatakan:
"Wajib bagi setiap individu untuk mengetahui tauhid dan rukun Islam dengan dalil, tidak boleh taklid (meyakini tanpa dalil) dalam masalah ini. Akan tetapi orang awam yang tidak mengetahui dalil namun ia meyakini ke mahaesaan Allah dan meyakini ajaran yang dibawab nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam serta beriman kepada hari kebangkitan setelah kematian, mengimani adanya surga dan neraka, meyakini perkara-perkara syirik jika dilakukan termasuk perkara yang batil dan sesat, jika ia masih meyakininya dengan kokoh maka tidak ragu lagi bahwa ia muslim. Meskipun tidak mengetahui dalil secara rinci, karena kaum muslimin yang awam, seandainya mereka menerima dalil tetap saja  kebanyakan tidak memahaminya (Aduroru As sunniyatu 339/4).

Maka selayaknyalah bagi setiap muslim untuk berusaha mengenal Allah, mengenal nabi-Nya shollallahu alaihi wasallam dan mengetahui agama Islam karena termasuk ibadah dan mengilmuinya lebih utama daripada amalan sunnah. Imam Az zuhri rahimahullah berkata:
ماعبد الله بشيء أفضل من العلم
"Tidak ada ibadah yang dilakukan kepada Allah yang lebih utama dari menuntut ilmu" (Hilyatul Auliyaa'i li Abi Na'im 365/3).

Imam Ahmad rahimahullah berpesan:
طلب العلم أفضل الأعمال لمن صحت نيته
"Menuntut ilmu adalah termasuk amalan-amalan yang paling utama jika niatnya benar" (Syarhu Muntaha Al iroodaati Lil Buhuuti 236/1).

Ilmu adalah harta warisan nabi dan cahaya hati, orang yang mengamalkannya adalah keluarga Allah dan golongan-Nya, semulia-mulia manusia, dan yang paling dekat dengan-Nya,  paling takut kepada-Nya dan paling tinggi derazatnya.

Menuntut ilmu termasuk amalan yang paling mulia sebagaimaa kata Imam Ahmad rahimahullah:
العلم لا يعدل شيء
"ilmu itu tidak ada yang menyamai nilainya" (Al Adabus syar'iyyah li ibni muflih 45/2).

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: "Ilmu syar'i adalah kehidupan bagi hati, cahaya penglihatan, pengobat di dalam dada, taman bagi akal, kelezatan bagi ruh, teman bagi yang kesepian, petunjuk bagi yang kebingungan, alat untuk menimbang baik buruk ucapan, perbuatan dan keadaan, dengannya seseorang dapat mengenal Allah dan dapat beribadah kepada-Nya, dapat mengingat dan mengesakan-Nya, memuji dan memuliakan-Nya, menjadi peta penunjuk jalan, pengantar untuk bisa sampai ke tujuan, sebagai pintu masuk bagi orang yang berniat baik, dengannya dapat mengetahui hukum syariat, dapat membedakan halal dan haram, dengannya dapat menyambung tali rahim, ilmu imamnya amal dan amal adalah makmumnya ilmu, ilmu adalah pemandu dan amal adalah pengikut, ilmu menjadi sahabat saat terasa asing, penghibur di kala sunyi, pelipur lara di waktu sedih, penyingkap perkara samar, ilmu adalah kekayaan yang pemiliknya tidak akan jatuh miskin" (Madarijus salikin 469/2).

Kebutuhan manusia terhadap ilmu syar'i lebih besar daripada kebutuhan terhadap makanan dan minuman. Imam Ahmad rahimahullah berkata:
الناس إلى العلم، أحوج منهم إلى الطعام والشراب، لأن الرجل يحتاج إلى الطعام والشراب مرة أو مرتين، وحاجته إلى العلم بعدد أنفاسه
"Kebutuhan manusia kepada ilmu jauh lebih besar daripada makanan dan minuman, karena makanan dan minuman dibutuhkan oleh seseorang sekali atau dua kali dalam sehari, sedangkan ilmu syar'i dibutuhkan sebanyak hembusan nafasnya" (Madarijus salikin 470/2).

Menuntut ilmu syar'i lebih utama dari bejihad di jalan Allah. Ibnu Abbas radiyallahu anhuma berkata:
الغدو والرواح في تعلم العلم، أفضل عند الله من الجهاد في سبيل الله عز وجل
"Mempelajari ilmu dan mengajarkannya di pagi dan sore hari lebih utama daripada berperang di jalan Allah azza wa jalla" (Al firdausi bi matauril khottoobi 109/3 [4303]).

Demikian juga yang dikatakan Imam Ahmad rahimahullah:
تعلم العلم، وتعليمه أفضل من الجهاد وغيره
"Menuntut ilmu dan mengajarkannya lebih utama dari jihad dan amalan lainnya" (Al insof lil mardawi 162/2)

Imam Abu Hanifah, Imam Malik rahimahumallah mengatakan:
أفضل ما تطوعبه العلم وتعليمه
"Perbuatan yang lebih utama dari amalan sunnah adalah mempelajari ilmu dan mengajarkannya" (Minhajus sunnah 75/6).

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan:
لايعدل مداد العلماء، إلا دم الشهداء
"tidak ada yang menandingi nilai tinta para ulama selain darah para suhada" (Al furusiyyah lil ibnil qayyim hal 157).

referensi:
Taisyirul Wushul Syarhi Tsalasatil Ushul. Syaikh Dr. Abdul Muhsin Al qosimi. Hal 13-15

Pontianak, Selasa 6 Dzulqaidah 1440/9 Juli 2019

Abu Aisyah Dodi Iskandar

No comments:

Post a Comment