المسألة الرابعة: اَلْمَاءُ إِذَا خَالَطَهُ طَاهِرٌ اَلْمَاءُ إِذَاخَالَطَتْهُ مَادَةٌ طَاهِرَةٌ كَأَوْرَاقِ الْأَسْجَارِ أَوِ الصَّابُوْنِ أَوِ الْأَشْنَانِ أَوِ السِّدْرِ أَوْ غَيْرِ ذَلِكَ مِنَ اْلمَوَادِ الطَّهَارَةِ وَلَمْ يَغْلِبْ ذَلِكَ الْمُخَالِطَ عَلَيْهِ فَالصَّحِيْحُ أَنَّهُ طَهُوْرٌ يَجُوْزُ التَّطَهُّرُ بِهِ مِنَ الْحَدَثِ وَالنَّجَاسَةِ
Masalah yang keempat: air yang bercampur dengan sesuatu yang suci
Air apabila bercampur dengan zat yang bukan najis seperti daun-daun pohon, sabun, sabun cair untuk membersihkan tangan, dan daun bidara, atau yang lainnya dari benda-benda yang suci yang bukan najis dan selama yang mencampuri air tersebut tidak mendominasi, maka yang sohih dari pendapat para ulama bolehnya bersuci dengan air tersebut untuk menghilangkan hadast dan najis.
؛لأن الله سبحانه وتعالى قال: وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضَى أَوْ عَلَى سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيداً طَيِّباً فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ
Karena Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:"Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapati air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu." (Annisa:43)
فَلَفْظُ الْمَاءِ فِي الْآيَةِ نَكِرَةٌ فِي سِيَاقِ النَّفْيِ فَيَعُمُّ كُلَّ مَاءٍ .لاَ فَرْقَ بَيْنَ الْمَاءِ الْخَالِصِ وَالْمَخْلُوْطِ
Maka lafadz air dalam ayat ini adalah bentuk nakiroh (umum) dalam kontek penafian maka ini menunjukkan keumuman setiap yang namanya air, tidak ada perbedaan antara air yang murni dan air yang bercampur dengan yang lainnya selama dia masih disebut air.
.ولقوله صلى الله عليه وسلم لِلنِّسْوَةِ اللَّاتِيْ قُمْنَ بِتَجْهِيْزِ ابْنَتِهِ
Berdasarkan sabda rasul shollallohu alaihi wa sallam kepada para wanita yang mengurusi jenazah anaknya nabi.
اِغْسِلْنَهَا ثَلاَثاً أَوْخَمْسًا أَوْ اَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ
hendaknya kalian memandikan jenazah tersebut 3 kali atau 5 kali atau lebih dari itu.
إِنْ رَأَيْتُنَّ بِمَاءٍ وَسِدْرٍ,وَاجْعَلْنَ فِي الْآخِرَةِ كَافُوْرًا أَوْ شَيْاً مِنْ كَافُوْرَ
Apabila kalian menganggap bahwa butuh untuk ditambah lagi bilangan mandinya kalian memandikannya dengan air dan daun bidara, dan gunakanlah pada basuhan akhir dengan kapur barus atau sebagian dari kapur barus. (HR Bukhari no I253 dan Muslim no 939).
bersambung.....
Kota Baru Ujung, 12 Jumadi Tsani 1438 H/ 11 Maret 2017
Abu Aisyah (Dodi Iskandar, S.Si, M.Pd)
Referensi:
- Fikhul Muyassar Fii Daui Kitabi Wasunnah. Prof Dr Abdul Aziz MAbruk Al-Ahmadi, Prof. Dr. Abdul Karim Bin Shunaitan Al-Amri, Prof Dr Abdullah Bin Fahd Asy-Syarif dan Prof Dr Faihan Bin Syali Al-Muthairi. Majmu'ul malik Fahd. hal 3
No comments:
Post a Comment