Kitab Thoharoh (Bag. 4)


اَلْمَسْأَلَةُ اَلثَّالِثَةُ :اَلْمَاءُ إِذَا خَالَطَتُهُ نَجَاسَةٌ
اَلْمَاءُ إِذَاخَالَطَتُهُ نَجَاسَةٌ فَغَيَّرَتْ أَحَدَ أَوْصَافِهِ الثَّلاَثَةُ:رِيْحَهُ,أَوْ طَعْمَهُ, أَوْ لَوْنَهُ
-فَهُوَ نَجِسٌ بِالْإِجْمَاءِ لَا يَجُوْزُاسْتِعْمَالُهُ , فَلاَ يَرْفَعُ الْحَدَثَ, وَلاَيُزِيْلُ الْخَبَثَ سَوَاءٌ كَانَ كَثِيْرً أَوْ قَلِيْلاً أَمَّا إِنْ خَالَطَتُهُ النَّجَاسَةُ وَلَمْ تُغَيِّرْ أَحَدَ أَوْ صَافِهِ فِإنْ كَانَ كَثِيْرًا لَمْ يَنْجُسْ وَتَحْصُلُ الطَّهَارَةُ بِهِ, وَأَمَّا إِنْ كَانَ قَلِيْلاً فَيَنْجُسْ
 , وَلاَ تَحْصُلُ الطَّهَارَةُ بِهِ

Masalah yang ketiga:air mutlak apabila bercampur dengan najis.

Air mutlak apabila bercampur dengan najis lalu merubah salah satu dari 3 sifat air yaitu baunya, rasanya, dan warnanya maka air tersebut manjadi najis berdasarkan kesepakatan para ulama dalam hal ini maka berarti tidak boleh digunakan.  Maka air yang demikian tidak akan bisa mengangkat hadast ketika wudu atau mandi dan tidak bisa menghilangkan najis ketika mencuci, karena air itu telah menjadi najis, sama saja air itu banyak atau sedikit. adapun jika air tersebut bercampur dengan najis tidak memberikan perubahan dari salah satu sifat tersebut apa hukumnya, setelah diperiksa dia tidak merubah rasa, bau dan warnanya, apa hukum air yang demikian yang bercampur dengan najis namun tidak merubah salah satu dari 3 sifat, kata beliau apabila jumlah air itu banyak maka air itu tidak menjadi najis dan boleh bersuci dengannya kalauair itu banyak adapun jika jumlah air itu sedikit, maka menjadi najis meskipun tidak merubah salah satu dari 3 sifat tersebut. dan tidak boleh bersuci dengannya, tidak diperbolehkan bersuci dengan air tersebut,

. وَحَدُّ اْلمَاءِ الْكَثِيْرِ مَابَلَغَ قُلَّتَيْنِ فَأَكْثَرَ , وَالْقَلِيْلُ مَادُوْنَ ذَلِكَ

dan batasan air yang banyak yaitu air yang mencapai dua kulah atau lebih dan air yang sedikit itu air yang kurang dua kulah

اَلْقُلَّةُ هِيَ اَلْجَرَّةُ, جَمْعُهَا قُلَلٌ وَقِلَالٌ.وَهِيَ تُسَاوِيْ مَايُقَارِبُ ٩٣،٠٧٥ صَاعًا≈١٦٠،٥ لِتْرًا مِنَ اْلمَاءِ, وَالْقُلَّتَانِ خَمْسُ قِرَبٍ تَقْرِيْبًا

Kullah itu bersinonim dengan Jarroh artinya dalam bahasa Indonesia gentong besar (tempayan), jamak dari kullah kulal atau kilaal. Satu kulah setara dengan 93,075 sho yang juga setara dengan 160,5 liter air. Dua kullah itu kira-kira sama dengan 5 kirob (wadah kulit musafir).

. وَالدَّلِيْلُ عَلَى ذَلِكَ حَدِيْثُ أَبِيْ سَعِيْدُ الْخُدْرِيْ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ اْلمَاءَ طَهُوْرٌ لَا يَنَجِّسُهُ شَيْءٌ

 وَحَدِيْثُ إِبْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا: أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قال:إذابَلَغَ الْمَاءُ قُلَّتَيْنِ لَمْ يَحْمِلِ الْخَبَثَ

dalil terhadap pendapat tersebut yaitu hadist Abi Said Al Khudri semoga Allah meridhoinya berkata Nabi muhammad SAW :

"sesungguhnya air itu suci dan mensucikan tidaklah dinajiskan dengan sesuatu apapun" (maksudnya selama tidak ada yang berubah dari 3 sifat tersebut maka air itu suci dan mensucikan) (HR Ahmad No I5/3, Abu Dawud No 6I, Nasai No 277). Tirmidzi No 66, Hadist disohihkan Al Albani dalam Irwa 45/I).
dan Hadist Ibnu Umar semoga Allah meridhoi keduanya:

"apabila air tersebut mencapai dua kulah maka air tersebut tidak akan membawa najis" (HR Ahmad 27/2, Abu Dawud No 63, Tirmidzi 67, Nasai No 52, Ibnu Majah No 5I7 dishohikan Al Albani dalam Irwa 45/I)

Kota Baru Ujung, 21 Robiuts Tsani 1438 H/ 12 Januari 2017
Abu Aisyah (Dodi Iskandar, S.Si, M.Pd)

Referensi:
Fikhul Muyassar Fii Daui Kitabi Wasunnah. Prof Dr Abdul Aziz MAbruk Al-Ahmadi, Prof. Dr. Abdul Karim Bin Shunaitan Al-Amri, Prof Dr Abdullah Bin Fahd Asy-Syarif dan Prof Dr Faihan Bin Syali Al-Muthairi. Majmu'ul malik Fahd. hal 3


No comments:

Post a Comment